Saung yang kini dikenal sebagai Saung Angklung Udjo merupakan buah cinta keduanya terhadap alat musik tradisional khas sunda tersebut. Memanfaatkan saung sederhana dengan lahan yang terbatas, keduanya mulai membuat pagelaran seni tradisional angklung. Berbekal kebolehannya memainkan alat musik dari bambu itu, Mang Udjo bersama putra putrinya tampil menghibur masyarakat sekitar.
"Awal bapak bikin pagelaran itu kami anak-anaknya juga dilibatkan untuk tampil. Sejak kecil kami memang sudah diajarkan untuk bisa bermain angklung," anak kesembilan dari Mang Udjo, Taufik Hidayat Udjo, kepada detikTravel, Rabu (9/11/2016).
Seiring berjalannya waktu, lewat pagelaran-pagelaran di Saung Angklung Udjo, minat masyarakat sekitar terhadap angklung tumbuh. Mereka tidak lagi hanya sekedar menyaksikan pagelaran, tetapi juga ingin mengenal angklung lebih dalam hingga memainkannya.
Lambat laun masyarakat sekitar Bandung hingga Jawa Barat mulai berdatangan ke Saung Angklung Udjo. Ada yang ingin menyaksikan pagelaran seni tradisional angklung hingga belajar memainkannya. Sehingga, Saung Angklung Udjo terus berkembang.
Taufik membuat angklung (Mukhlis/detikTravel)
|
"Kami ingin masyarakat benar-benar mengenal angklung hingga nantinya jatuh cinta dan ikut melestarikannya," ucap pengelola Saung Angklun Udjo ini.
Saung Angklung Udjo tidak hanya melestarikan angklung saja tetapi juga seni dan budaya Sunda lainnya. Seperti tari topeng, wayang golek, jaipong dan alat musik tradisional calung, arumba dan lainnya. Sehingga Saung Angklung Udjo menjadi pelopor wisata seni.
Ragam kesenian dan budaya sunda yang begitu melekat di Saung Angklung Udjo, membuat tempat wisata yang berada di kawasan Bandung Timur ini dinobatkan sebagai cagar budaya sunda di Indonesia. Mengingat Saung Angklung Udjo berperan penting dalam melestarikannya.
"Sebenarnya saya sempat surprise sampai disebut cagar budaya. Tetapi memang sejak awal berdirinya tempat ini bertujuan memelihara seni dan budaya sunda," ujar dia.
Pertunjunkan angklung oleh anak-anak (Mukhlis/detikTravel)
|
"Setiap hari kami kedatangan pengunjung 1.000-an orang mulai dari anak-anak sekolah hingga dewasa. Baik wisatawan domestik atau mancanegara. Dalam satu tahun kami bisa melaksanakan 1.500 kali pagelaran seni," ujar dia.
Dengan banyaknya masyarakat yang menimba ilmu di Saung Angklung Udjo, generasi penerus yang melestarikan kesenian dan kebudayaan Sunda terus lahir. Tidak hanya melestarikan, tetapi juga mengajak masyarakat lainnya untuk ikut terlibat menjaga peninggalan leluhur ini.
"Kami di sini (generasi penerus) tetap harus menjaga apa yang telah leluhur wariskan. Selain menjaga, kami juga ingin mengajak masyarakat agar mereka juga punya kecintaan yang sama," kata
Taufik mengatakan tidak hanya melestarikannya, alat musik tradisional khas sunda seperti angklung bahkan saat ini sudah mendunia. Hal itu bisa terwujud lewat pagelaran-pagelaran yang berlangsung di beberapa negara. Sehingga membuat angklung semakin dikenal luas.
Toko suvenir di Saung Udjo (Mukhlis/detikTravel)
|
Menurutnya masuknya alat musik yang terbuat dari bambu ini ke dunia pendidikan merupakan kebijakan yang perlu didukung semua pihak. Dengan begitu, generasi muda juga memiliki tanggungjawab untuk memelihara seuatu yang telah diajarkan.
"Saya melihat saat ini angklung sudah mulai masuk ke seluruh lapisan masyarakat. Tapi kami harap tidak hanya angklung, tetapi kesenian lainnya juga," kata dia.
Saung Angklung Udjo sebagi pionir wisata seni, tidak hanya memanjakan wisatawan dengan ragam kesenian yang ditampilkan dalam setiap pagelaran. Namun, juga memberikan edukasi tentang proses pembuatan salah satu alat musik tradisional angklung.
"Kecintaan bapak (Mang Udjo) terhadap anak-anak, seni budaya sunda dan lingkungan merupakan latar belakang berdirinya tempat ini. Semua unsur itu diharmonisasikan, sehingga tempat ini sampai sekarang tetap ada," tutupnya (rdy/fay)
0 Response to "Di Tempat ini, Penerus Budaya Sunda Terus Lahir"
Posting Komentar