Sebagai tokoh besar yang menjunjung tinggi nilai pluralisme di Indonesia, sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur banyak dikagumi masyarakat meski telah wafat. Ribuan traveler dari berbagai latar belakang agama dan keyakinan saban hari membanjiri makam presiden keempat RI itu di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.
Gus Dur yang wafat 31 Desember 2009 silam dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek. Kompleks makam yang terletak di belakang masjid Ponpes Tebuireng itu hanya berjarak sekitar 7 Km dari pusat kota Jombang.
Saat ini akses menuju ke lokasi pun cukup mudah untuk wisatawan. Angkutan pedesaan dengan kode B1, Bus Puspaindah, dan Bus Bagong jurusan Malang bisa menjadi alternatif peziarah jika memilih ke Jombang melalui angkutan umum dari Terminal Kepuhsari maupun Stasiun Jombang. Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam menuju ke destinasi wisata religi andalan Kota Santri itu.
(Enggran Eko Budianto/detikTravel)
|
Dari area parkir di depan Museum Islam Nusantara Hasyim Asyari, peziarah bisa masuk ke kompleks makam dengan berjalan kaki atau naik ojek. Di sepanjang perjalanan menuju ke area makam, peziarah dimanjakan dengan ratusan pedagang suvenir, makanan dan minuman. Bahkan, memasuki pintu masuk area makam yang megah, peziarah masih disambut puluhan toko suvenir di sepanjang lorong menuju lokasi makam Gus Dur.
Makam Gus Dur berdampingan dengan kakeknya, KH Hasyim Asyari yang dikenal sebagai ulama besar pendiri ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim yang merupakan Menteri Agama Pertama era Presiden Soekarno. Selain ketiga tokoh besar tersebut, puluhan kiai Ponpes Tebuireng juga dimakamkan di lokasi yang sama. Nama-nama para ulama itu terpampang pada monumen yang terletak di sisi utara makam.
Foto: (Enggran Eko Budianto/detikTravel)
|
Yang membuat berbeda dengan makam ulama lainnya, nuansa pluralisme begitu kental di kompleks makam keluarga Gus Dur. Peziarah tak hanya dari umat muslim, namun juga dari umat agama lain. Ada yang khusus untuk berziarah, tak jarang pula pengunjung yang datang hanya untuk berfoto.
Seperti yang dilakukan Wiwik Ani (50), peziarah asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Meski non muslim, dia menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Gus Dur di sela acara studi banding kelompok tani di Kabupaten Jombang yang dia ikuti.
Foto: (Enggran Eko Budianto/detikTravel)
|
"Bagi saya Gus Dur ulama yang oke, bisa menenteramkan dan menyatukan semua perbedaan di Indonesia. Saya datang ke sini berziarah untuk kedamaian keluarga saya," kata perempuan berambut pendek ini saat berbincang dengan detiktravel, Rabu (16/11/2016).
Setiap hari makam Gus Dur tak pernah sepi dari peziarah. Kebanyakan pengunjung datang untuk berdoa di depan pusara Gus Dur dan keluarganya. Ada yang sekadar untuk mengenang jasa presiden ke empat RI itu, ada pula yang ingin berdoa untuk berbagai tujuan pribadi.
"Ziarah ini saya niati sebagai ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, kemudian bertawassul, berdoa dengan perantaraan Gus Dur sebagai kekasih Allah. Banyak sekali yang saya mohonkan, paling pokok meminta keselamatan dunia akhirat," ujar Hasan Asyari (45), peziarah asal Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang datang bersama rombongan ziarah Walisongo di kampungnya.
Pada hari bisa, rata-rata peziarah yang datang ke makam Gus Dur mencapai 3.000 orang. Pengunjung mencapai 10.000 orang per hari saat bulan Ramadhan.
"Peziarah tak hanya dari Jawa Timur, namun juga dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Makasar dan Kalimantan. Warga Tionghoa juga ramai berziarah saat hari raya Imlek," kata Sekretaris Ponpes Tebuireng, Abdul Ghofar.
Sayangnya, Ghofar mengakui terdapat sejumlah fasilitas peziarah yang belum bisa disediakan Ponpes Tebuireng. Seperti kamar mandi dan penginapan. Namun, peziarah tak perlu khawatir. Pasalnya, terdapat banyak ponten dan penginapan yang disediakan warga Desa Cukir bagi para peziarah.
Foto: (Enggran Eko Budianto/detikTravel)
|
Selain menumbuhkan perekonomian warga sekitar melalui ponten dan penginapan, keberadaan makam Gus Dur juga memberi peluang untuk berdagang. Menurut Ghofar, saat ini terdapat sekitar 300 pedagang di sekitar makam Gus Dur. Mereka menjual aneka suvenir, kue, buah, dan minuman.
Kaos bergambar Gus Dur dengan berbagai motif menjadi buah tangan khas dari wisata religi yang satu ini. Tak sah rasanya jika berziarah ke makam Gus Dur tanpa membawa oleh-oleh yang satu ini. Peziarah pun tak perlu bingung. Karena kios-kios penjual kaos Gus Dur sudah bertebaran di sekitar kompleks makam.
Ketika berkunjung ke sana, kita bisa mengenang jasanya dalam menjaga kebhinekaan di negeri ini. Ketika kita sering bergesekan dengan orang dan membuat emosi, Gus Dur sering menanggapi santai semuanya.
Mungkin biar kita tidak kesal, ya memang mesti begitu. Tidak semua mesti masuk ke hati, tidak semua mesti bawa perasaan. Seperti yang Gus Dur sering bilang: Gitu aja kok repot! (krn/fay)
0 Response to "Gitu Aja Kok Repot, Ayo Belajar Hidup Lebih Bijak Ala Gus Dur"
Posting Komentar