7 Rumah kerucut terlihat dari jauh. Terselimut kabut, dengan latar belakang pegunungan hijau. Berada di Manggarai Tengah, Pulau Flores, NTT ada satu tempat wisata yang setidaknya harus kamu datangi sekali seumur hidup. Wae Rebo namanya.
Dalam catatan detikTravel, menuju Wae Rebo dapat ditempuh dari Labuan Bajo selama 5 jam jalur darat. Wae Rebo sendiri merupakan salah satu jagoan destinasi wisata NTT yang sudah mendunia. Desa di atas awan, begitu kata orang-orang yang pernah ke sana.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan trekking selama 9 km atau sekitar selama 3-4 jam. Capek, iya. Tapi bukankah ini adalah esensi traveling, seperti peribahasa berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Foto: Menembus hutan mencapai Wae Rebo (Faela Shafa/detikTravel)
|
Ah, layangkan dulu pandangan kamu 360 derajat selama trekking. Lihatlah hijaunya hutan, sungai yang dindin dan dengarkan semilir angin. Makin berjalan jauh, makin segar juga udara yang terhirup. Pelan-pelan, sinyal telefon menghilang. Pelan-pelan, kamu meninggalkan duniamu sementara.
Selangkah demi selangkah, 7 rumah kerucut khas Wae Rebo sudah tertangkap dalam mata. Rumah kerucut unik yang bahasa setempat namanya Mbaru Niang, punya tinggi 15 meter dengan di dalamnya ada 5 lantai. Lantai satu tempat berkumpul keluarga, lantai dua untuk menyimpan bahan makanan, lantai tiga untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, lantai empat untuk tempat stok persedian pangan dan lantai paling atas untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur.
Foto: Tampak Wae Rebo dari kejauhan (Faela Shafa/detikTravel)
|
Begitu menginjakan kaki di sana di ketinggian 1.117 mdpl, kita akan disambut dengan ritual upacara terhadap leluhur. Kiita pun diwajibkan membunyikan alat tabuh yang disediakan di rumah Kasih Ibu sebagai penanda datangnya tamu.
Sekitar 600 orang tinggal di Wae Rebo. Mereka hidup masih sangat sederhana dengan menanam kopi sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup. Biji kopi di sana sangat dinikmati bagi para penikmat kafein di seluruh dunia, sangat terkenal!
Foto: Kehidupan di Wae Rebo, masih sangat alami (Agung Pambudhy/detikTravel)
|
Foto: Berkebun menjadi mata pencaharian utama (Agung Pambudhy/detikTravel)
|
Mereka hidup dengan penuh sederhana, jauh dari kata modern. Senyum dan sapanya sangat ramah, menyentuh hati siapa saja pengunjung yang datang ke sana. Jangankan sinyal telefon, listrik saja tidak ada.
Tidak ada sinyal telepon dan listrik bukan berarti membuat mereka hidup dalam kekurangan. Mereka justru hidup damai dan bahagia, jauh dari perselisihan dan perdebatan. Mereka hidup benar-benar menyatu dengan alam. Temboknya hutan, halaman rumahnya padang rumput dan beratapkan bintang-bintang. Di sana kalimat itu bukan kiasan melainkan kenyataan.
Sempatkan diri, untuk bermalam di sana. Tenang, banyak operator tur di NTT atau kota-kota besar di Indonesia yang menawarkan paket bermalam di Wae Rebo. Bermalam sehari saja di sini, sudah cukup untuk menyegarkan pikiran dan raga.
Foto: Turis yang datang ke Wae Rebo (Faela Shafa/detikTravel)
|
Foto: Turis yang melihat dari dekat kehidupan di Wae Rebo (Faela Shafa/detikTravel)
|
Wae Rebo juga sudah mencuri minat perhatian turis mancanegara. Bahkan UNESCO di tahun 2012, menyematkan Wae Rebo sebagai UNESCO Asia-Pacific Heritage Award for Cultural Heritage. Dunia sudah mengakuinya, masa kamu tidak penasaran untuk datang ke sana.
Wae Rebo, sungguh tiada dua di dunia. Hanya ada satu, di Bumi Pertiwi Indonesia.
Foto: Anak-anak di Wae Rebo yang penuh senyum, menggemaskan (Faela Shafa/detikTravel)
|
0 Response to "Menyepi Sejenak ke Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Mendunia"
Posting Komentar