Tirta Empul dalam bahasa Bali adalah air yang menyembur dari dalam tanah, merupakan mata air suci. Rasakanlah kesegaran airnya di Pura Tirta Empul.
Tirta Empul, yang dalam bahasa Bali berarti air yang menyembur keluar dari dalam tanah, merupakan mata air suci yang kini menjadi bagian dari kawasan tempat peribadatan umat Hindu Bali dengan nama yang sama yaitu Pura Tirta Empul. Mata air yang berlokasi di dataran tinggi yang sejuk, tepatnya di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali ini juga merupakan mata air yang dikeramatkan yang menurut masyarakat setempat selain menjadi tempat menyucikan diri dari penyakit dan hal-hal buruk lainnya juga sebagai tempat mujarab bagi yang ingin doa dan harapannya terkabul.
Dari cerita masyarakat setempat, tempat ini merupakan bagian dari legenda perseteruan para Dewa dengan seorang raja yang sakti namun tamak bernama Mayadanawa. Dengan kesaktian yang dimilikinya, raja tersebut berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan dan menguasai kerajaan lain seperti Bugis, Makasar, Sumba dan Lombok. Namun karena ketamakanya, Raja ini menyetarakan dirinya dengan Dewa dan menjadikan dirinya sebagai satu-satunya yang patut disembah serta melarang rakyatnya untuk menyembah yang lain termasuk para Dewa. Mengetahui hal ini, Dewa Bhatara Indra dan pasukannya pun turun ke dunia untuk melungsurkan Sang Raja.
Sang Raja pun kalah dalam pertempuran dan melarikan diri ke dalam hutan, namun pasukan Dewa Bhatara Indra tak henti mengejar Sang Raja. Di tengah pengejaran, karena mengetahui pasukan yang mengejarnya mengalami kelelahan, dengan kesaktiannya Sang Raja menciptakan mata air beracun agar para pasukan tersebut meminumnya, siasatnya pun berhasil yang mengakibatkan banyak pasukan dewa bhatara yang keracunan.
Untuk mengatasinya, Dewa Bhatara Indra pun menciptakan mata air tandingan yang mampu menetralisir racun tersebut dengan menancapkan tombaknya ke tanah, mata air inilah yang menjadi cikal bakal sumber mata air tirta empul. Setelah berhasil menyembuhkan pasukannya, Dewa Bhatara Indra pun berhasil memanah dan membunuh Sang Raja meskipun Sang Raja sudah berusaha mengecoh Sang Dewa dengan mengubah dirinya menjadi batu paras. Peristiwa pertempuran yang menewaskan Raja Mayadanawa yang tamak inilah yang melatari peringatan Hari Raya Galungan oleh masyarakat bali yang menggambarkan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (keburukan).
Karena kesucian dan khasiat mata air ini kemudian dibuatlah kolam pemandian pada masa Raja Sri Candrabhaya (sekitar 962 Masehi) untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin memperoleh keberkahan dari mata air ini, dan dibangun pula Pura diatasnya pada masa pemerintahan Raja Masula Masuli yang berkuasa dari sekitar tahun 1178 Masehi. Di samping Komplek Pura Tirta Empul ini juga terdapat Istana Negara Tampaksiring yang dibangun oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pada tahun 1957.
Saat mengunjungi komplek pura tirta empul ini kita akan diminta untuk menggunakan kamen atau kain sarung yang biasa digunakan untuk beribadah oleh masyarakat hindu bali sebagai bentuk penghormatan kita terhadap komplek suci bangunan peribadatan. KOmplek Pura Tirta Empul memiliki tiga bagian utama, yaitu Nista Mandala di bagian terluar, Madya Mandala di bagian tengah, dan Utama Mandala sebagai tempat beribadat di bagian dalam/utamanya.
Kolam pemandiannya sendiri berada di bagian tengah dari komplek pura tersebut dan berjumlah dua kolam pemandian dimana disetiap kolam terdapat beberapa pancuran air yang menyerupai cangkang keong yang menyemburkan air yang bersumber dari mata air suci. Masing-masing memiliki pancuran tersebut memiliki nama sesuai dengan khasiatnya seperti pancuran Penglukatan dan pancuran pembersihan. Tradisi menyucikan diri masyarakat Bali di pemandian suci ini dikenal dengan ritual melukat yang dalam prosesinya dengan terlebih dahulu meletakkan canang berisi sesaji dan dupa yang dibakar dalu diberi doa.
Sebelum mengalir ke pancuran-pancuran berbentuk cangkang keong tersebut, air dari mata air suci tersebut terlebih dulu ditampung di kolam suci yang letaknya di sisi atas kolam pemandian. Air dari kolam pemandian kemudian dialirkan ke kolam penampungan yang berisi ratusan ikan2 koi besar yang berwarna-warni dan dari kolam ikan ini baru dialirkan lagi ke dalam sungai.
Komplek pemandian ini tidak hanya ramai dikunjungi oleh masyarakat Bali yang ingin melukat, namun juga oleh wisatawan lokal serta mancanegara yang ingin memperoleh khasiat dari mata air suci tersebut. Antrian panjang juga akan terjadi di komplek pemandian pada masa-masa yang bertepatan dengan perayaan upacara keagamaan. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan, dikarenakan sifat masyarakat bali dikenal sebagai masyarakat yang religius yang selalu berusaha menjaga nilai-nilai budaya leluhur mereka dan menyelaraskannya dengan kehidupan mereka di masa kini.
0 Response to "Tirta Empul, Mata Air Suci Bali"
Posting Komentar