Begini Sejarah Perang Tomat di Bandung

Bandung - Tak hanya Spanyol, Bandung Barat juga punya tradisi perang tomat. Begini sejarah dan makna filosofisnya.

Tradisi perang tomat di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sudah berlangsung sejak 2012. Kegiatan tersebut rutin diselenggarakan tiap tahun saat awal bulan Muharam. Begini sejarah perang tomat di lokasi tersebut.

Lokasi kegiatan unik bernama Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat ini berada di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang. Ialah Mas Nanu Muda alias Abah Nanu yang mencetuskan perang tomat di daerah tersebut.

Budayawan Sunda tersebut berkisah, 2011 silam dia terenyuh meratapi warga sekitaran Lembang yang tidak bisa memanfaatkan hasil panen berupa tomat. Kala itu, sambung Abah Nanu, harga tomat ajlok.

Begini Sejarah Perang Tomat di BandungFoto: Baban Gandapurnama
Lantaran tak sebanding dengan modal bertani tomat, para petani membiarkan buah berbentuk bulat itu membusuk. "Ide itu muncul saat saya melihat tomat-tomat busuk malah dibiarkan begitu saja oleh warga setempat," kata Abah Nanu di sela-sela acara perang tomat, Rabu (19/10/2016) kemarin.

Abah Nanu lalu mengajak masyarakat memanfaatkan tomat-tomat busuk itu menjadi suatu aktivitas berupa perang tomat. Dia menjelaskan, kegiatan perang tomat merupakan pengembangan dari tradisi Hajat Buruan yang sebelumnya digelar secara rutin.

Hajat Buruan ialah suatu hiburan wujud syukur atau keberhasilan tanaman sayuran yang diungkapkan melalui sedekah sajian tumpeng dan pembagian air keramat dengan harapan mendapatkan barokah agar tanaman tumbuh subur dan mendapatkan lindungan keselamatan.

Begini Sejarah Perang Tomat di BandungFoto: Baban Gandapurnama
"Tradisi perang tomat ini merupakan puncak Hajat Buruan," kata Abah Nanu.

Dia mendeskripsikan, perang tomat sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal-hal buruk atau sifat yang tidak baik dalam diri masyarakat maupun hal buruk berkaitan penyakit tanaman. "Artinya rampung tarung adu tomat ini membuang sifat buruk," ucap Abah Nanu.

Simbol keburukan itu berwujud tomat busuk yang harus dilempar atau dibuang jauh-jauh. Selain itu, makna di balik perang tomat yaitu membuang hal-hal buruk seperti penyakit tanaman khususnya sayuran dan sekaligus pesta atas keberhasilan.

Dia melanjutkan, perang tomat ala warga Cikareumbi dikemas dengan pertunjukan seni. Proses tradisi perang tomat diawali pertunjukan atraksi prajurit perang. Prajurit ini memakai topeng dan tameng anyaman bambu.

Begini Sejarah Perang Tomat di BandungFoto: Baban Gandapurnama
"Manusia topeng ini ibarat setan. Nah, tomat-tomat buruk dilempar ke manusia topeng. Maknanya seperti lempar jumroh," tutur Abah Nanu.

Hingga kini, tradisi perang tomat terus dipertahankan. Acara agenda tahunan ini telah membetot perhatian wisatawan. "Perang tomat jadi terkenal. Ini juga strategi budaya yang kreatif. Kegiatan ini tidak mengadopsi tradisi perang tomat di Spanyol. Ya jelas beda, perang tomat di kampung ini ada kemasan seni dan budaya," kata Abah Nanu. (bbn/krn)

Related Posts :

0 Response to "Begini Sejarah Perang Tomat di Bandung"

Posting Komentar