Orang-orang Ini Diam Membatu di Kota Tua Jakarta

Jakarta - Liburan ke Kota Tua, Jakarta, ada hiburan dari para manusia batu. Inilah para pahlawan kita yang membuat liburan di Jakarta makin ceria.

Kota Tua identik dengan sisa bangunan peninggalan Belanda yang instagrammable buat traveler. Namun belakangan ada tambahan 'pahlawan' di sekitar lingkungan Kota Tua, yaitu manusia batu.

Manusia Batu merupakan salah satu objek foto-foto yang menarik. Mereka biasanya berkostum tentara dengan atribut senjata dan cat hitam atau silver di seluruh tubuh.

Siapa sangka mereka juga disebut pahlawan pariwisata yang berjasa buat liburan traveler. Kostum unik dan gaya lucu bisa jadi objek yang menemani liburan kamu di Kota Tua.

Kostum dan atribut mereka siapkan semaksimal mungkin (Bonauli/detikTravel)Kostum dan atribut mereka siapkan semaksimal mungkin (Bonauli/detikTravel)
Bentuknya pun bervariasi, mulai dari pahlawan, manusia melayang, penjajah (VOC), angkatan darat sampai noni Belanda. Kehadiran mereka membuat liburan jadi tidak membosankan.

Manusia batu ini masuk ke dalam beragam komunitas, salah satu yang detikTravel temui adalah kotuArt. Mereka adalah komunitas manusia batu yang sudah ada sejak 14 tahun lalu. Anggota kotuArt saat ini berjumlah 7 orang.

"Untuk dandan sebagai humaniod bisa sampai satu setengah jam," kata Herman, Wakil Penasehat kotuArt, Rabu (9/11/2016), kepada detikTravel di Kota Tua.

Traveler bebas untuk memotret atau foto bersama mereka. Biasanya mereka menyediakan kotak sumbangan untuk diisi seikhlasnya setelah foto bersama.

Pengunjung yang berfoto bersama manusia batu (Bonauli/detikTravel)Pengunjung yang berfoto bersama manusia batu (Bonauli/detikTravel)
"Tarifnya seiklasnya. Kadang ada yang nggak ngasih. Dilihat saja suatu kebanggaan, apalagi foto atau kasih sumbangan. Artinya kita berhasil menghibur mereka," kata Herman.

Mereka sudah stand by di kawasan Kota Tua mulai dari pukul 07.00 WIB sampai 21.30 WIB. Mereka akan berangkat bersama dari basecamp kotuArt menuju Kota Tua.

Tak sedikit juga yang memberikan pandangan mengejek saat mereka bekerja. Bahkan cemooh dan olok-olok sering mereka terima.

"Sedih sekali rasanya kalau ada anak sekolahan yang bertutur tidak sopan sama kami," ungkap Herman.

Tokoh Noni Belanda yang ada di Kota Tua (Bonauli/detikTravel)Tokoh Noni Belanda yang ada di Kota Tua (Bonauli/detikTravel)
Karena tantangan inilah, menjadi manusia batu perlu dibekali dengan mental yang kuat. Komunitas ini mengadakan training kepada anggotanya.

Lamanya traning tergantung dari kesiapan mental masing-masing. Sehingga saat diejek atau ditertawakan, mereka tetap tidak terpengaruh.

"Pekerjaan kami ini sering dikucilkan dan tidak dihargai, padahal ini seni," kata Herman.

Benar saja, kotuArt sering dipanggil ke luar kota untuk keperluan festival. Berbagai macam kontes juga sering mereka ikuti. Komunitas ini sudah menginjakkan kaki sampai Papua lho!

Tidak salah menyebut manusia batu sebagai pahlawan pariwisata. Selain menghibur, mereka juga membanggakan Indonesia lewat karya seni.

Ini dia si manusia melayang (Bonauli/detikTravel)Ini dia si manusia melayang (Bonauli/detikTravel)
(rdy/fay)

0 Response to "Orang-orang Ini Diam Membatu di Kota Tua Jakarta"

Posting Komentar