Belajar Cinta Indonesia (Lagi) di Rumah Bung Karno Bengkulu

Bengkulu - Cukup sudah semua hate speech di medsos itu. Kita semua harus piknik ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu dan belajar mencintai lagi Indonesia.

Presiden Soekarno adalah sosok fenomenal dan menginspirasi. Puncak perjuangannya adalah menjadi proklamator dan memimpin negara ini bersama sahabatnya Mohammad Hatta.

Namun sebelumnya, hidupnya penuh perjuangan. Pemerintah kolonial Belanda takut dengan sepak terjangnya dan membuang Soekarno ke Bengkulu pada 1938-1942.

Rumah pengasingannya masih terawat baik dan dikunjungi detikTravel, Jumat (18/11/2016). Rumah ini beralamat di Jl Soekarno-Hatta no 8, Bengkulu. Halamannya tampak luas dengan rumput dicukur rapi.

(Fitraya/detikTravel)(Fitraya/detikTravel)
Rumah ini dibangun tahun 1918 oleh Tjang Tjeng Kwat, penyalur bahan pokok untuk pemerintah kolonial Belanda. Luas bangunan 9x18,5 meter dan luas tanahnya 40.434 m2.

Sore itu, rumah Bung Karno ramai wisatawan. Masuk ke teras kita mesti melepas alas kaki. Kamar di sebelah teras adalah ruang kerja Bung Karno.

Di sini lah ia bekerja sebagai seorang arsitek merancang Masjid Jami Bengkulu dan beberapa rumah lain. Di ruang ini juga dipajang koleksi bukunya.

Soekarno muda membaca apa saja, dari buku politik, musik, budaya, agama bahkan sampai cerita misteri. Di ruang tamu ada satu set meja kursi dan sepeda ontel yang dia pakai untuk keliling kota.

(Fitraya/detikTravel)(Fitraya/detikTravel)
Agak ke belakang ada kamar tidur dia dan Ibu Inggit Ganarsih. Di sudut kamar ada sajadah terlipat.

"Suka ada tokoh dan pejabat yang salat di kamar ini, kalau sedang ada ikhtiar," kata Diky seorang pemandu kepada detikTravel.

Teras belakang adalah ruang makan. Kemudian ada bangunan terpisah untuk kamar mandi, dapur dan kamar pembantu.

Foto-foto adalah benda yang menarik di rumah ini. Betapa kita bisa melihat aktivitas Soekarno bersama komunitas teater lokal dan komunitas bulu tangkis. Ada juga foto Fatmawati muda, gadis yang kemudian mencuri hatinya.

Berkunjung ke rumahnya, kita bisa melihat pembuangan Soekarno oleh Belanda ke Bengkulu tidak membuat Soekarno berhenti berpikir. Lihat saja jejeran buku yang dibacanya.

(Fitraya/detikTravel)(Fitraya/detikTravel)
Soekarno juga larut dalam kegiatan komunitas, bukan berdiam diri di rumah dan prihatin. Dia pun berkumpul dengan tokoh-tokoh lain dengan latar belakang etnis yang berbeda, baik pribumi dan Tionghoa. Berdiskusi dan bertukar pikiran.

Kalau Soekarno saja bisa merajut kebhinekaan, kenapa hari ini kita pilih-pilih teman? Kenapa hari ini kita mau saja dijebak dalam sekat-sekat etnis dan agama? Kenapa hari ini kita menelan begitu saja sebuah kabar tanpa melalui proses diskusi yang mencerahkan seperti Soekarno dan kawan-kawan lakukan dulu.

Kita harus malu pada Soekarno. Rumah Pengasingan Bung Karno sungguh merupakan tempat inspiratif. Lihatlah bagaimana dia memupuk cintanya untuk negeri, sementara kita malah asyik memupuk benci. Ayo datang ke Bengkulu dan biarkan Soekarno memanjangkan sumbu di kepala kita... (fay/krn)

0 Response to "Belajar Cinta Indonesia (Lagi) di Rumah Bung Karno Bengkulu"

Posting Komentar