Mesir, negeri para Firaun merupakan destinasi impian bagi sebagian traveler. Mengunjungi negeri penuh piramida ini, bak mimpi yang jadi nyata.
Saya yakin ketika mendengar nama negara Mesir, yang terlintas adalah Mumi, Pyramid, Firaun dan Nabi Musa. Bagi saya, Pyramid, Sphinx, Alexandria dan Sungai Nil merupakan mimpi masa kecil saya. Dengan segala cerita Nabi, Sungai Nil dan sejarahnya, membuat saya sangat antusias tahun ini bisa travelling ke negara yang disebut Negeri Para Nabi.
Banyak pertanyaan dari keluarga dan teman-teman saya mengenai keamanan di Mesir. 'Emang aman di Mesir?' atau 'Bukannya Mesir masih perang ya?' Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sering ditanyakan ketika mereka tahu saya mau liburan ke Mesir.
Apakah Mesir aman? Ya. Di beberapa tempat wisata memang banyak pasukan bersenjata berjaga. Bahkan di satu dua tempat wisata, barang kita sampai diperiksa ketika akan masuk. Tapi secara keseluruhan, Mesir merupakan negara yang damai.
Tiba di Mesir
Sesampainya di Bandara Kairo, saya disambut oleh tour guide saya (yang kemudian kami menjadi sahabat), Rami Elshaer. Rasa senang karena mimpi masa kecil saya akan terwujud mengalahkan jet lag setelah 17 jam penerbangan dari kota saya, Banjarmasin. Saya pribadi lebih suka bepergian sendiri, kemudian baru ikut tour lokal atau tour guide lokal. Dengan begitu saya bertemu banyak orang dan bisa merasakan atmosfir kehidupan lokal.
"You will have your experience in Egypt in real life," begitu kata Rami pertama kali kami berkenalan lewat email ketika saya menghubungi dia dan mengatakan saya ingin travelling ke negara yang dulu masuk dalam peradaban Timur Dekat Kuno ini.
Benar saja, begitu keluar dari Bandara, saya langsung dibawa melihat dan merasakan lalu lintas di Mesir yang terkenal semrawut. Pengendara motor yang bersliweran tanpa helm, pengemudi mobil yang terus membunyikan klakson, jarak antar kendaraan yang sangat mepet hanyalah sebagian gambaran betapa hebohnya lalu lintas di sini.
Hampir semua bangunan berwarna sama yaitu warna coklat bata. Baik itu masjid, apartemen, toko ataupun rumah. Semua berwarna monoton. Jualan cat atau jadi tukang cat di sini gak laku nih, pikir saya.
Petualangan dimulai
Guest house tempat saya tinggal berada di Giza dan tepat di area depan Pyramid sehingga otomatis petualangan pertama kami adalah mengunjungi Pyramid. Dengan tinggi 140 meter dan lebar 230 meter, mentasbihkan Pyramid Khvo sebagai bangunan terbesar yang penah saya lihat. Begitu besarnya trio Pyramid (Khvo, Khvra dan Menkera) ini sehingga bisa terlihat dari jarak 30 Km lebih.
Mengunjungi Pyramid jangan berharap akan bisa mendapatkan petualangan masuk ke dalam pyramid seperti di film-film Mummy. Karena seluruh koleksi yang ada di dalam Pyramid-Pyramid tersebut sudah dipindahkan ke Egyptian Museum yang terletak di Kairo. Sehingga petualangan Anda di Pyramid sebatas mengagumi kebesaran Pyramid dan mungkin masuk ke dalam satu atau dua ruang makam kosong yang ada di dalam Pyramid.
How They Do, Make and Build it?
'Gimana mereka bikinnya ya?' itu pertanyaan yang selalu saya tanyakan ketika saya menjelajah kuil kuil di Luxor, Edfu, Kom Ombo sampai Aswan. Bangunan bersejarah di Mesir sangatlah besar, sangat megah dan terasa sekali atmosfir keagungan bangunan tersebut. Pertanyaan yang sama menghinggapi saya ketika saya meilhat kemegahan masjid yang ada di Islamic Cairo.
Seluruh bangunan bersejarah yang ada di negeri Firaun ini merupakan bangunan sejarah yang berusia ratusan, bahkan ribuan tahun. Mengingat megahnya bangunan bangunan bersejarah tersebut dan juga teknologi zaman dulu yang tidak secanggih sekarang, saya sangat kagum dengan cara mereka membangun kuil, mesjid dan bangunan bersejarah lain.
Bangunan yang sangat membuat saya kagum adalah Temple of Horus di Edfu dan Mesjid Sultan Hasan di Kairo.
Dengan tinggi sekitar 36 meter, gerbang di Temple Of Horus terlihat sangat megah. Yang membuat saya terheran-heran, Temple of Horus tidak hanya besar tetapi juga lengkap ukiran yang bercerita tentang dewa-dewa Mesir.
Cerita tersebut membentang di seluruh Temple of Horus dari dinding paling bawah sampai ke atap. Begitu bagus dan detailnya ukiran tersebut sampai-sampai terlihat seperti cetakan. Sekilas info, hampir di setiap tempat bersejarah di mesir selalu ada cerita yang dilukis di dinding batu dari bawah sampai keatas dan sukses membuat saya bertanya-tanya Gimana mereka bikinnya ya?
Cerita di kuil Temple Of Horus kemudian diangkat menjadi film Gods Of Egypt.
Bangunan kedua yang membuat saya terkagum-kagum adalah Mosque Madrassa Sultan Hassan atau sering disebut Mesjid Al Hasan. Desain yang sangat bagus dan detail ornament yang cantik membuat saya takjub. Bahkan di atap pintu masuk yang tingginya puluhan meter, ada ornament islami. Membuat saya terheran-heran dengan pembuatannya.
Saran bagi yang mau travelling ke Mesir
Saya berada di Mesir dari 18 Agustus-26 Agustus 2016, pada saat negeri firaun itu mengalami musim panas. Bisa dibayangkan betapa panasnya cuaca ketika saya bertualang di negara ini. Rata-rata suhu harian adalah 42-45 derajat celcius, dan akan lebih panas ketika di daerah gurun (bahkan pernah mencapai 50 derajat celcius). Pulang dari negeri pyramid ini saya dibully teman saya karena kulit saya yang gosong.
Apakah Mesir layak untuk dikunjungi? Definitely yes. Bagi yang menyukai petualangan, sejarah dan budaya, Mesir merupakan salah satu negara yang wajib dikunjungi. Namun bagi yang menyukai tempat-tempat modern seperti di Eropa atau Jepang, maka Mesir bukanlah daftar negara yang masuk dalam travel list
Waktu terbaik untuk mengunjungi Mesir adalah dari bulan Oktober hingga bulan Maret. Karena mesir mengalami musim gugur hingga musim semi dimana cuaca cukup sejuk. Bahkan setiap tanggal 21 Oktober dan 21 Februari, ada festival di Abu Simbel yaitu Sun Festival yang sangat ramai dikunjungi turis karena keunikannya.
Dikarenakan waktu, saya sendiri tidak sempat berkunjung ke Abu Simbel. Namun saya mungkin akan kembali mengunjungi Mesir untuk bertualang ke Sinai. Semoga saja.
0 Response to "Berkunjung ke Negeri Firaun, Bak Mimpi Jadi Kenyataan"
Posting Komentar