Kemenpar Ajak Pelaku Industri Pariwisata 'Go Digital'

Jakarta - Kemenpar ajak pelaku bisnis untuk terus bertransformasi ke digital. Salah satunya dengan mengajak mereka bergabung ke Indonesia Travel Xchange (ITX).

"Percayalah, dengan Go digital akan jauh lebih mudah, lebih murah, lebih produktif," ujar Menpar Arief Yahya.

Seperti yang dirilis oleh Kemenpar, Rabu (23/11/2016) Kemenpar tawarkan beberapa manfaat bergabung dengan ITX. Menurut Menpar, pelaku bisnis harusnya tak perlu takut untuk mencoba sesuatu yang baru.

"Dalam era digital itu semua telanjang, apa yang disearching customers itu bisa dideteksi dengan sangat jelas melalui digital intelijen. Itulah mengapa muncul istilah semakin digital semakin personal," kata Arief.

Cara aktivasinya sangat mudah, hanya 1 hari saja. Hal ini dapat dilakukan jika dalam workshop sudah punya orang IT di perusahaan TA/TO (tour agent, tour operator). Kalau mulai dari nol dan belum punya orang IT, pebisnis bisa online 3-4 hari. Jadi langsung bisa diaktivasi jika sudah siap.

Kedua, mereka akan mendapatkan booking system. Ketiga mereka dapat payment mechine gratis. Tiga hal itu saja, jika dibuat sendiri dengan konsultan web sendiri yang layak diklik, layak untuk industri, sekitar Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.

"Kalau sudah bisa register, memasukkan konten, maka tinggal diaktivasi dan menunggu konfirmasi dari Kemenkominfo," kata Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis ITX, Sigma.

Keunggulan ketiga, platform ini available untuk semua ekosistem bisnis pariwisata, dari hotel, suvenir, tiketing theme park, sampai urusan kopi gayo, tenun, songket, batik, souvenir dan segala rupa yang berbasis pariwisata. Ini yang tidak akan ditemukan di Agoda.com yang hanya bermain di hotel, atau Xpedia yang berdagang hotel dan airlines.

"Jadi kreativitas para sellers ini akan menentukan sukses tidaknya ITX. Dan para distributor bisa belanja sendiri dalam membuat paket di ITX ini," jelas Claudia.

Keempat, secara periodik, ITX juga akan mereview members nya, siapa saja yang berada di posisi terendah. Mereka akan diberikan business advisory, semacam memberikan masukan agar bisa bersaing.

Kelima, melalui ITX ini para suplayer dan distributor tidak hanya bertemu dengan user atau traveller langsung. Bisa juga bertemu dengan distributor lain, seperti Agoda.com, Xpedia.com, Traveloka, musafir.com, Ctrip.com, yang namanya juga populer di dunia OTA.

"Kalau tidak melalui ITX, pelaku bisnis harus appointment sendiri melalui program table top, atau ikut travel mart di luar negeri? Pasti akan lebih sulit dan costnya menjadi sangat mahal?" jelas Claudia.

Keenam, ketika ada event besar, semua industri dalam ekosistem pariwisata bisa ikut berjualan bersama. Misalnya saat Borobudur Run, industri perhotelan, resort, rent car, theme park, resto, souvenir, culiner, semua bisa membuat program diskon bersama sama, dan diposting bersama pula jauh sebelum event digelar menjadi bagian dari promo event tersebut.

Pebisnis bisa juga memaksimalkan space kosong pada saat low season. Bulan-bulan yang sepi pengunjung dioptimalisasi dengan program diskon penuh.

Dengan booking system yang ada di ITX program special discount ini bisa diprogram dan bersama-sama dengan industri terkait, lalu dibungkus dengan promo khusus juga. Jadi low season pun bisa menghadirkan tourism ke tanah air.

Cross industry inilah yang oleh Menpar Arief Yahya sering disebut sharing economy, atau Presiden Joko Widodo mengatakan ekonomi gotong royong.

"Mereka juga bisa memasang tarif murah meriah, saat low season. Memanfaatkan excess capacity, daripada kosong," tutup Claudia. (bnl/bnl)

0 Response to "Kemenpar Ajak Pelaku Industri Pariwisata 'Go Digital'"

Posting Komentar