Mampu menyembunyikan ekspresi dirinya sendiri dan menjadi orang pertama yang berinteraksi langsung dengan pengunjung. Mampu menampilkan berbagai aksi dan talenta menarik hingga pengunjung tertarik. Ya, itulah tugas bagi mereka icon performer di sebuah taman rekreasi.
Icon performer adalah sebutan bagi mereka para aktor talent yang jago berperan layaknya seorang badut, menari, menyanyi hingga beratraksi. Mari berkenalan dengan Marsidi Bagas Zulhas (28) atau akrab disapa Bagas, salah satu icon performer di Trans Studio Makassar (TSM) Theme Park.
Dirinya sudah bergabung dengan TSM selama kurang lebih 4 tahun, menjadi seorang icon performer menuntutnya menjadi seorang talent yang serba bisa.
Bagas, seorang performer di Trans Studio Makassar (Aditya/detikTravel)
|
"Alhamdulilah sudah 4 tahun gabung di Trans Studio Makassar, jadi icon performer itu pekerjaan yang dituntut untuk serba bisa. Enggak cuma menari, menyanyi atau peran akting saja, akrobat bahkan jadi badut pun saya juga sudah mengalaminya," ujarnya saat berbincang dengan detiktravel, Rabu (9/11/2016).
Di antara berbagai peran yang pernah dia peran kan, menjadi icon hewan atau badut yang cukup membuatnya berkesan. Selain diharuskan menggunakan pakaian kostum yang besar dan panas, dirinya juga harus sabar semabari berinteraksi dengan pengunjung lainnya.
"Pakai kostum zoocrew macam Otan misalnya, itu benar-benar pekerjaan yang menuntut keikhklasan dan ketulusan kita agar pengunjung datang dan berinterasksi dengan kita. Pekerjaan icon performer itu pekerjaan yang bisa dibilang apapun yang terjadi dengan kita, pengunjung atau orang lain pun enggak mau tahu, karena mereka yang datang ke sini ingin mendapatkan hiburan," ceritanya.
Sebagai icon performer atau street performer yang berhadapan langsung dengan pengunjung, tentu banyak pengalaman suka maupun dukanya. Ia sempat bercerita saat dirinya menjadi zoocrew dan dikerumuni puluhan anak-anak.
Performer dengan kostum zoocrew (Aditya/detikTravel)
|
"Pernah saat perform zoocrew juga, saya dikerumuni anak-anak trus tiba-tiba dipukuli gitu," tuturnya dengan tawa.
Selain menjadi icon performer, Bagas juga pernah terlibat dalam atraksi fire dance dalam pagelaran sirkus Mother of Africa. Dalam pagelaran itu, ia dituntut untuk bisa memainkan atraksi tarian api tanpa harus membuat orang lain terkuka, karena cipratan api.
"Fire dance itu juga cukup berbahaya, bagaimana saya dan teman-teman yang perform saat itu harus benar-benar bisa menampilkan tarian api, tapi jangan sampai penonton atau teman lainnya terkena percikan api. Ada mungkin kita latihan cukup lama agar bisa meminimalisir segala resikonya," sambungnya.
Harus bisa bermacam-macam keahlian, dan menjadi orang pertama yang menarik minat pengunjung. Lantas apa yang menjadi sebuah alasannya bekerja di taman hiburan. Menurut pemuda lulusan STAI Al Furqan yang suka menjahili rekan kerjanua ini, ketulusan untuk berinterkasi dengan orang baru lah yang menjadi semangatnya menjalani profesi sebagai icon performer.
Bagas memperlihatkan aneka gambar rancangan kostum (Aditya/detikTravel)
|
"Tulus, dan mampu membuat orang lain terhibur apa lagi mau datang berkunjung ke wahana TSM ini yang paling membuat saya senang. Setiap harinya dengan berbagai cara, atraksi, atau penampilan harus kita tampilkan supaya mereka yang datang itu terhibur," lanjutnya.
Di TSM juga banyak pementasan drama musikal dan humor. Pada show itulah dirinya terus berupaya untuk mengasah keterampilan dan mengembangkan talentanya.
"Di sini banyak drama musikal seperti I Basse Goes to Bollywood, Arilia the Mermaid dan lainnya. Berbagai peran harus bisa dikuasai dari peran antagonis sampai peran lenje kemayu pun harus bisa biar terupdate dari waktu ke waktu," pungkasnya. (aff/aff)
0 Response to "Kisah di Balik Layar Para Performer Trans Studio Makassar"
Posting Komentar