Merasakan Keramahan Asli Indonesia di Wae Rebo

Manggarai Tengah - Traveler yang jenuh dengan kebencian di media sosial, rasanya harus liburan ke Wae Rebo. Di desa ini, kalian akan merasakan keramahan asli Indonesia.

Saat menyebut destinasi yang mendatangkan senyum, mengundang tawa, atau pun rasa bahagia, rasanya yang terlintas di dalam kepala adalah Wae Rebo. Wae Rebo adalah sebuah desa sederhana yang jauh dari keramaian kota, nun jauh di pedalaman Flores.

Di destinasi cantik ini, traveler bisa belajar banyak soal kebahagiaan, serta senyum tulus yang berbalut kesederhanaan. detikTravel pernah berkunjung ke desa ini beberapa waktu yang lalu dan merasakan sendiri, betapa rasa bahagia tidak bisa diukur dengan uang apapun.

Desa Wae Rebo ada di Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. Untuk bisa sampai ke Wae Rebo, dibutuhkan perjalanan jalur yang cukup panjang dan melelahkan. Dari Bandara Labuan Bajo diperlukan waktu sekitar 7 jam dengan mobil untuk sampai ke Dintor atau Denge.

Desa itu adalah desa terdekat yang masih bisa dijangkau dengan mobil. Selepas Denge, kalian harus berjalan kaki lagi naik dan turun bukit yang memakan waktu sekitar 4 jam untuk sampai Wae Rebo.

Indahnya Desa Wae Rebo (Asmawiati WieWie/d'Traveler)Indahnya Desa Wae Rebo (Asmawiati WieWie/d'Traveler)
Berkunjung ke Wae Rebo, traveler harus meminta izin terlebih dahulu kepada tetua atau pemangku adat yang tinggal di Rumah Gendang, salah satu dari tujuh rumah adat di Wae Rebo. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan berkunjung, kamu akan disambut sebuah ritual adat sederhana sebagai bentuk ucapan selamat datang.

Setelah ritual selesai, barulah traveler bisa berkeliling untuk menikmati keindahan yang tersembunyi dari sentuhan kehidupan kota yang hedonistik dan individualis. Cobalah berinteraksi dengan warga lokal, dan belajarlah dari mereka tentang arti kehidupan.

Senyuman tulus anak-anak Wae Rebo (Shafa/detikTravel)Senyuman tulus anak-anak Wae Rebo (Shafa/detikTravel)
Sapalah anak-anak kecil yang tinggal di Wae Rebo dan ajaklah mereka berinteraksi. Mereka akan menyambut kalian dengan senyuman terbaik mereka. Senyuman yang tulus, dan secara tidak sadar akan membuat kita ikut tersenyum pula.

Jadilah kamu dan anak-anak kecil yang tinggal di Wae Rebo saling tersenyum lepas tanpa beban. Lupakan sejenak hiruk pikuk kehidupan kota, dan tertawalah lepas dengan anak-anak yang senyumnya cantik ini.

http://ift.tt/2gWK8PN
Senyumnya cantik, bukan? (Shafa/detikTravel)

Kalau ingin lebih menarik perhatian mereka, ajaklah berfoto dengan kamera yang sudah kamu siapkan sebelumnya. Senyum lebar pasti akan tersungging di bibir mereka.

Apalagi kalau mereka ikut melihat hasil foto yang baru saja kamu jepret. Anak-anak kecil ini pasti akan mengerubungimu karena begitu penasarannya. Maklum, kamera jadi barang mewah yang jarang mereka lihat sebelumnya.

Mereka berkerumun di belakang fotografer karena penasaran (Shafa/detikTravel)Mereka berkerumun di belakang fotografer karena penasaran (Shafa/detikTravel)
Untuk berbagi kebahagiaan, sebaiknya kamu membawa sedikit buah tangan yang sudah dipersiapkan dari kota. Setumpuk buku bergambar atau buku cerita pasti akan membuat anak-anak kecil polos ini makin bertambah bahagia. Melihat buku-buku bergambar ini, anak-anak Desa Wae Rebo tentunya akan makin bertambah gembira. Kita yang melihatnya pasti akan ikut tertawa.

Jika kamu berkunjung sekitar bulan November, suasana Wae Rebo akan lebih meriah dari biasanya. Itu karena di Wae Rebo akan diselenggarakan Penti, suatu perayaan adat akhir tahun yang unik untuk mengungkapkan rasa syukur.

Anak-anak ini menerima buku pemberian traveler (Julie Kirey/d'Traveler)Anak-anak ini menerima buku pemberian traveler (Julie Kirey/d'Traveler)
Di upacara ini biasanya ditampilkan Tari Caci. Tari ini biasanya dibawakan oleh 2 orang laki-laki yang saling cambuk. Walau banyak yang luka karena cambukan, namun tak ada sedikitpun dendam di antara mereka.

Upacara ini seakan menjadi bukti bahwa Wae Rebo memang cocok dikunjungi untuk traveler yang ingin merasakan keramahan asli Indonesia. Di desa ini jauh dari rasa permusuhan atau saling benci antar sesamanya.

Kalau kamu lupa caranya tertawa, mungkin sudah waktunya kamu untuk kemasi ranselmu dan langsung pergi liburan ke destinasi seperti Wae Rebo. Ayo, coba!

Saat Tari Caci dipentaskan (Asmawati Wiewie/d'Traveler)Saat Tari Caci dipentaskan (Asmawati Wiewie/d'Traveler)

(rdy/fay)

0 Response to "Merasakan Keramahan Asli Indonesia di Wae Rebo"

Posting Komentar