Atas undangan Emirates, detikTravel melancong ke Dubai dalam acara 'Indonesia Media Fam Trip' bersama rombongan media dari Jakarta dari tanggal 20 sampai 23 November 2016. Senin (21/11/2016) kemarin, agendanya adalah mampir ke Emirates Aviation College Crew Training di Al Rebat Street, Dubai.
Robert Hartono Wibowo, selaku Leadership Training Specialist Cabin Crew Training menyambut kedatangan kami. Dari namanya sudah ketebak, dialah orang Indonesia yang sudah bekerja selama 18 tahun di Emirates.
Dia pun bercerita banyak mengenai pengalamannya terutama tantangan menjadi awak kabin maskapai Emirates. Dari soal budaya, hingga bahasa.
Robert Hartono Wibowo, yang menemani awak media selama di Emirates Aviation College Crew Training (Afif/detikTravel)
|
Asal tahu saja, awak kabin Emirates berasal dari 130 negara dari berbagai belahan dunia. Bahkan sampai ada yang berasal dari kepulauan kecil di Samudera Pasifik sana, seperti dari Fiji dan Hawaii.
Lanjut ke cerita Robert, apa yang dirasakan juga turut dirasakan oleh awak kabin lain. Mengenali awak kabin lain dari negara lain, pasti punya budaya masing-masing. Satu lagi, soal bahasa.
"Bahasa yang dipakai sehari-hari bahasa Inggris. Tapi, aksen bahasanya susah-susah. Ada yang ngomong dengan cepat dan ada yang terdengar kurang jelas," kata Robert.
Bahasa dan budaya, menurut Robert menjadi kandala pertama dan tantangan bagi calon awak kabin Emirates. Budaya Dubai sendiri yang mayoritas penduduknya Muslim juga menjadi shock culture bagi para awak kabin.
"Karena banyak Muslim di Dubai, misalnya pas bulan puasa toko-toko makanan di siang hari tidak buka. Itu juga yang harus dipelajari dan beradaptasi lagi. Semua calon awak kabin Emirates yang akan ditraining akan tinggal di Dubai," tutup Robert.
Menjadi awak kabin Emirates, butuh pelatihan maksimal (Afif/detikTravel)
|
(rdy/rdy)
0 Response to "Tantangan Menjadi Awak Kabin Emirates"
Posting Komentar