Tur ekowisata yang dilakukan oleh Synthesis-WWF pada pekan lalu, Minggu (31/10/2016) merupakan program reward bagi para 5 kostumer terbaik. Mereka diberikan tur ekowisata untuk merasakan langsung sentuhan wisata lokal.
Ekowisata sendiri merupakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam. Sehingga peserta diajak untuk menikmati, mengenal dan menjaga alam.
Ada 3 prinsip ekowisata yang ingin diperkenalkan dalam perjalanan ini yaitu respect the nature, respect local culture dan support locak economy. Ini merupakan prinsip Responsible Marine Tourism WWF.
Foto: Melissa Bonauli/detikTravel
Peserta tur berpose setelah snorkeling (bonauli/detikTravel) |
Tanggapan peserta soal tur ini juga beragam. Ada yang heboh ada juga yang salah sangka soal Wakatobi. Salah satunya Patricia Herjanto.
"Waktu pertama dihubungi kaget, saya kira Wakatobi itu di Jepang," kata Patricia, Selasa (8/11/2016).
Foto: Melissa Bonauli/detikTravel
Menanam mangrove bersama Nugir dan Davina (bonauli/detikTravel) |
"Saya sering ke Eropa dan Jepang, tiket ke sini lebih mahal dari pada ke luar negeri. Apalagi kalau bawa anak-anak," jelas Patricia.
Begitu juga Aljefri, peserta termuda dalam tur ini juga merasa terkesan dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat Wakatobi. Ini merupakan pengalaman pertama ia menginjakkan kaki ke Wakatobi.
"Walaupun sarana dan prasarana untuk berwisata ke Wakatobi kurang mendukung dan buat capek namun terbayar dengan keindahan alam dan keragaman budaya lokalnya yang menarik untuk dikenang," kata Aljefri.
Foto: Melissa Bonauli/detikTravel
Peserta mengoleskan sunblock sampai tebal ke wajah (bonauli/detikTravel) |
Berbagai kelucuan muncul saat acara, mulai dari memakai wedges saat penanaman mangrove, memakai sunblock sampai wajah putih serta tersengat karang saat snorkeling. Mereka mengaku ini pertama kalinya mereka ikut dalam acara ekowisata.
Mereka berharap desa-desa Wakatobi yang masih minim fasilitas dan aksesibilitas diberikan perhatian lebih. Sehingga kunjungan wisata ke daerah terpencil bisa lebih nyaman untuk keluarga. (bnl/bnl)
0 Response to "Walah, Wakatobi Kok di Jepang"
Posting Komentar