Pura Lingsar yang terdapat di Lombok merupakan lambang kerukunan antara umat Hindu dan Muslim. Walapun kenyataannya 95 persen orang Lombok beragama Islam dan sisanya Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
Pura ini terletak di Desa Lingsar, Lombok. Dulu Pura ini dibangun oleh Raja Anak Agung Ketut Karangasem pada tahun 1741. Pura Lingsar dianggap sebagai tempat paling suci di Lombok.
Sejarahnya Raja Anak Agung Ketut Karangasem membangun tempat ini sebagai lambang pemersatu masyarakat Lombok. Di tempat ini semua status adalah sama tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih luas.
Foto: undefined
Bagian dalam Pura Lingsar (Yudhistira/detikTravel) |
Ada sesaji yang pantang diberikan di dalam Pura Lingsar. Umat Hindu dilarang untuk menghantarkan sesaji yang mengandung babi kepada dewa-dewa. Karena Babi adalah hewan yang diharamkan oleh umat muslim.
Kebalikannya, Umat muslim dilarang untuk memotong sapi saat Idul Adha karena hewan itu dianggap suci oleh umat Hindhu. Toleransi inilah yang menjadi tonggak pemersatu di Lombok.
Di pura inilah umat Hindu dan Islam beribadah bersama-sama. Khususnya Umat Islam Suku Sasak. Untuk terus mengeratkan tali silahturahmi antar 2 umat bergama ini, Pura Lingsar masih tetap mengadakan upacara yang melibatkan kedua agama ini.
Upacara tersebut adalah Perang Topat. Dalam upacara ini, umat Islam dan Hindu akan saling melempar ketupat. Hal ini sebagai wujud rasa syukur atas kerukunan yang terjalin selama ini serta rejeki yang melimpah ruah.
Pura Lingsar juga memiliki 9 pancuran air yang dikeramatkan sebagai simbol dari perwakilan Wali Songo. Air ini digunakan umat muslim untuk wudhu.
Foto: undefined
Pancuran Wali Songo sebagai tempat wudhu (Yudhistira/detikTravel) |
Sudah tugas kita sebagai generasi muda saat ini untuk tetap menjaga keutuhan dan toleransi umat beragama. Sama seperti yang dilakuakn oleh msayarakat di Desa Lingsar, Lombok. (bnl/bnl)
0 Response to "Yuk, Belajar Toleransi Agama Dari Pura Lingsar di Lombok"
Posting Komentar