Tumpe yang artinya adalah telur pertama merupakan ritual tahunan bagi masyarakat Batui dan Banggai. detikTravel mendapat kesempatan untuk melihat langsung acara ritual Tumpe atas undangan Donggi-Senoro LNG, Jumat (2/12/2016) lalu.
detikTravel pun berkunjung ke salah satu tetua adat yang disebut Monsuhangi Kabasaran atau Penjaga Kantir untuk mendapatkan cerita latar belakang terjadinya ritual adat Tumpe. Latar belakang ritual ini ternyata bernuansa mistis.
Dimulai dari perjalanan Adisoko dari tanah Jawa ke Sulawesi Tengah, menjadikannya raja pertama di Banggai. Sebutannya adalah Mumbu Doi Jawa yang artinya Tuan dari Jawa. Adisoko pun menikah dengan perempuan gaib yang memberikannya anak ajaib yaitu Abu Kasim.
Telur maleo pertama yang ada di dalam kantir (bonauli/detikTravel)
|
Pada saat itu muncul lah seorang nenek ajaib yang mengatakan kepada masyarakat bahwa mereka bisa mendapatkan kembali raja mereka dengan cara menangkap seorang anak ajaib yang memiliki tali gasing dari emas. Anak itu adalah Abu Kasim.
"Mereka diminta untuk mencari seorang anak dengan tali gasing emas dan tidak pernah kalah dalam permainan gasing. Itu adalah Abu Kasim," kata Samawia Yahya, Monsuhangi Kabasaran atau penjaga kantir.
Monsuhangi kabasaran atau penjaga kantir menjelaskan tentang sejarah ritual Tumpe (bonauli/detikTravel)
|
Sesampainya di kawasan bernama Kibit, tiba-tiba sebuah kilat menyambar dari langit. Dengan kekuatan ajaib Abu Kasim dan kilat tersebut anak-anak bayi yang berada di dalam kapal berubah menjadi pemuda.
Abu Kasim akhirnya tiba di tanah Jawa menemui ayahnya. Ketika itu Adisoko sudah tidak ingin kembali ke Banggai. Namun Abu Kasim merasa belum sanggup untuk memerintah rakyat Banggai.
Akhirnya Abu Kasim diminta untuk menjemput kakak tirinya yang bernama Mandapar di Ternate. Bersamaan dengan itu, Adisoko menyerahkan sepasang burung maleo miliknya kepada Abu Kasim.
Saat pengantaran telur, akan ada keturunan leluhur yang kesurupan atau dimasuki untuk memimpin jalannya pengantaran telur (bonauli/detikTravel)
|
Burung maleo akhirnya dikirim ke Batui supaya bisa bertelur. Namun dengan satu syarat, telur pertamanya harus diberikan kepadanya di Keraton Banggai. Setelah itu baru masyarakat Batui boleh menikmati telurnya.
"Perintah inilah yang jadi amanah ritual Tumpe sampai saat ini," ungkap Samawia.
Inilah latar belakang terjadinya ritual ada tumpe di Banggai. Masyarakat Batui sangat menjaga ritual ini selama ratusan tahun.
Telur diantarkan dengan perahu ke Keraton Banggai (bonauli/detikTravel)
|
Bagi traveler yang ingin ikut serta mengambil gambar atau video dari ritual ini juga harus memberikan sesajen berupa kemenyan. Jika terlambat atau tidak memberikan sesajen, diyakini gambar yang diambil akan hilang atau traveler sendiri yang akan terkena musibah.
(bnl/bnl)
0 Response to "Burung Maleo, Anak Ajaib dan Kisah Mistis dari Ritual Tumpe"
Posting Komentar