Saat Festival Laskar Pelangi, tari kolosal pendulang timah ditampilkan. Ada cerita yang patut disimak di balik tarian ini.
Seperti anak-anak di Belitung, mereka antusias sekali menjadi bagian dari penari timah dalam Festival Laskar Pelangi 2016 yang berlangsung pada 23 Oktober 2016.
Ada tujuh cat warna yang digunakan, uniknya cat warna ini berasal dari campuran kaolin dan pewarna makanan. Meski berwarna pekat, tapi aman dan mudah dibersihkan. Tujuh warna yang dipilih melambangkan Laskar Pelangi dan bahan dasar kaolin sendiri dipilih untuk menggambarkan timah.
Setidaknya ada 700an anak yang ikut serta menjadi penari pendulang timah dalam Festival Laskar Pelangi 2016. Meski ikut serta dalam tarian, tak semua anak mengerti makna dan kandungan yang tersimpan dari tarian ini.
Ide tarian dicetuskan oleh Andrea Hirata. Tarian ini sengaja dijadikan sebagai salah satu ikon pada puncak acara Festival Laskar Pelangi dengan alasan ingin merepresentasikan kehidupan masyarakat di Pulau Belitung.
"Saya merinding, jadi kalo sebenarnya ingin menceritakan tarian ini sebenarnya ini cerita sedih. Kalau kita mencari timah itu tidak ada sukses atau maju selamanya, jika ada yang sukses itu hanyalah kebohongan atau kiasan belaka," jawab Fahmi, warga asli Belitung yang saya tanyakan makna dari tarian kolosal ini.
"Sudah banyak hal ini terjadi di masyarakat Belitung. Ketika dia hari ini mendapatkan timah, mungkin awalnya sejahtera, lalu satu tahun kemudian atau kurang dari itu dia kembali jatuh miskin. Jadi itu semua kepalsuan," tambahnya.
Festival Laskar Pelangi sebelumnya telah berlangsung dari tahun 2010, 2014, 2015 dan untuk tahun 2016 ini acara puncaknya di pusatkan di Bundaran Satam, Tanjung Pandan.
Antusias penonton tak hanya datang dari masyarakat sekitar, tetapi juga mengundang banyak wisatawan. Harapannya ke depan Festival Laskar Pelangi menjadi kalender event tahunan dari pemerintah.
0 Response to "Cerita di Balik Tarian Pendulang Timah di Belitung"
Posting Komentar