Danau seluas 2.670 hektar itu kini 80% luasanya tertutup eceng gondok. Padahal Rawa Pening termasuk salah satu danau prioritas di Indonesia dari 800-an danau yang tercatat dan memiliki potensi wisata yang tinggi karena lokasinya yang strategis.
"Sudah pernah melakukan penanganan, tapi pertumbuhan eceng gondok lebih cepat dari pada pengambilannya," kata Staf bidang energi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Arief Yuwono dalam acara peluncuran program Membangun Pariwisata dengan Menyelamatkan Sumber Air di Agrowisata pabrik PT Sido Muncul, Kabupaten Semarang, Senin (19/12/2016).
Menurutnya ada berbagai masalah di Rawa Pening, yaitu termasuk danau paparan banjir dengan fungsi utama resevoir air, pembangkit listrik tenaga air sekaligus wisata yang semakin terancam. Kemudian tutupan eceng gondok yang meluas diiringi sedimentasi.
"Banyak pihak telah melakukan kajian dan penerapannya di lapangan termasuk perguruan tinggi yang perlu didorong peran aktifnya," tandas Arief.
Salah satu solusi untuk menanggulangi eceng gondok yang terus meluas yaitu dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi. Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat mengatakan berdasarkan pengalamannya menggunakan limbah jamu sebagai bahan bakar, ternyata eceng gondok juga bisa dimanfaatkan serupa.
"Selama 5 tahun kebutuhan energi kami pakai limbah jamu 50% dan gas 50%. Diteliti dan dikabarin membuatnya (dari Eceng Gondok) gampang dan cepat. Saking senangnya seminggu saya tidak tidur," kata Irwan.
Penelitian yang sudah dilakukan, lanjut Irwan, yaitu mengubah eceng gondok menjadi produk bahan padat berbentuk pellet. Setelah melalui proses tersebut, pellet eceng gondok bisa digunakan sebagai pengganti minyak atau gas.
Meski demikian perlu dukungan pemerintah dan berbagai pihak. Oleh sebab itu sejumlah tamu penting hadir dalam acara tersebut antara lain Arief Yuwono, Staf Khusus Menteri Pariwisata Don Kardono, Anggota DPR RI Tantowi Tahta, Bambang Sutrisno, Abdul Fikri Faqih, Muji Rohmat.
Kemudian pejabat lokal ada Kepala Dinas Pariwisata Jawa Tengah, Prasetyo Aribowo, Bupati Semarang Mundjirin, Wali Kota Semarang Hendrar prihadi, Jendral TNI Purnawirawan Hendropriyono, dan Dewan Penilai Proper Prof Sudarto.
Lebih lanjut Irwan menjelaskan, dukungan pemerintah diperlukan agar warganya mampu memanfaatkan atau membuat eceng gondok menjadi pellet sehingga pabrik-pabrik bisa membelinya dari warga sebagai alternatif bahan bakar hemat energi.
"Yang bisa menyelesaikan ya pemerintah. Kalau seperti pengusaha, kita beli jadi saja," tandasnya.
Bupati Semarang, Mundjirin mengatakan pemanfaatan enceng gondok sebagai bahan bakar di luar bayangannya. Karena selama ini hanya dimanfaatkan untuk makan ternak atau kerajinan.
"Ternyata ada cara lain, ini sangat membantu," tandas Mundjirin.
Jika pemanfaatan eceng gondok tersebut bisa maksimal, diperkirakan 2 atau 3 tahun mendatang Rawa Pening akan kembali bening dan tidak tertutup eceng gondok. Dampaknya tentu saja pada sektor pariwisata dan perekonomian warga di sekitarnya.
"Semoga ini jadi tantangan. Pak irwan bisa mengkonfersi eceng gondok yang selama ini menjadi beban bisa jadi peluang bahkan aset," ujar Tantowi Yahya.
Sementara itu Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menambahkan, manfaat bersihnya Rawa Pening tidak hanya bisa dirasakan warga Kabupaten Semarang, taoi juga Kota Semarang. Terutama terkait pemanfaatannya sebagai air minum.
"Kami ini (Kota Semarang) bagian wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang. Dulu ada keinginan kebutuhan air minum di Kota Semarang disuplai Rawa Pening. Tapi karena kapasitasnya sedikit (akibat eceng gondok), maka perjanjian belum bisa dilakukan," tandas Hendrar. (rdy/rdy)
0 Response to "Menyelamatkan Rawa Pening dari Invasi Eceng Gondok"
Posting Komentar