Coco de Mer atau Sea Coconut (Lodoicea maldivica) adalah sebuah pohon kelapa purba yang masih bertahan hidup di dunia. Nama latinnya Lodoicea maldivica agak salah, karena ilmuwan menyangka Coco de Mer berasal dari Maladewa.
Padahal pohon ini endemik dan cuma tumbuh di Seychelles, tepatnya di Vallee de Mai di tengah Taman Nasional Praslin. Vallee de Mai adalah Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1983.
detikTravel diajak Seychelles Tourism Board dan Kedubes Seychelles Jakarta, berkunjung ke tempat ini pada Senin (11/12/2017). Dari Victoria, ibukota Seychelles, kita harus naik kapal cepat selama 1 jam, atau naik pesawat kecil selama 20 menit ke Pulau Praslin. Dari situ naik mobil ke Vallee de Mai.
|
Tiket masuknya adalah 350 Seychellois Rupee (sekitar Rp 350 ribu). Trek di hutannya ada yang 1 km, 1,7 km atau 2 km. Ini adalah habitat asli Coco de Mer dan aneka hewan yang hidup dari pohon kelapa ini seperti seperti tokek, kadal, siput dan kakatua endemik Seychelles.
Tapi tidak sulit mencari Coco de Mer. Sekitar 200 meter dari kantor pengelola, kita sudah masuk ke dalam hutan palem. Di situlah saya melihat Coco de Mer.
Buah kelapa ini memang seperti datang dari zaman purba. Ukurannya bahkan lebih besar dari helm balap motor, beratnya sekitar 15 kg dan buahnya butuh waktu 5-7 tahun untuk masak. Nah, uniknya kelapa ini punya batok kembar, bentuknya seperti belahan pantat.
Keunikan kedua, menurut Junia Joubert dari Seychelles Tourism Board yang mendampingi kami, Coco de Mer punya pohon jantan dan betina. Kelapa dengan batok belahan pantat ini adalah dari pohon betina. Pohon jantannya punya semacam bunga jantan yang bentuknya seperti penis.
|
"Pohon jantannya punya inflorescence yang disebut Catkin, yang betina punya semacam bunga yang terbuka siang hari. Pembuahan dilakukan oleh angin atau lebah yang membawa serbuk sari dari Catkin ke bunga betinanya," jelas Junia.
Sejak ratusan tahun lalu, batok kelapa Coco de Mer hanyut di lautan dan menjelajah Samudera Hindia. Bentuknya yang ajaib melahirkan berbagai legenda dan dongeng di antara para pelaut Afrika atau Asia.
"Coco de Mer ini tumbuhan langka yang dilindungi. Dia digunakan secara terbatas untuk dijadikan obat, itu pun tidak boleh diambil dari Vallee de Mai. Coco de Mer bisa dimakan. Kalau tumbuh di pekarangan rumah orang ya terserah saja kalau mau dimakan," ujar dia.
|
Coco de Mer menjadi ikon dari Seychelles. Bahkan cap imigrasi Seychelles bentuknya adalah Coco de Mer. Jangan heran ya, itu bukan gambar pantat lho, tapi buah endemik paling unik di dunia.
Suvenir Seychelles banyak mengambil tema Coco de Mer, misalnya gantungan kunci atau magnet kulkas. Batok Coco de Mer asli juga dijual sebagai suvenir dengan stiker hologram. Harganya wow, bisa sampai sekitar Rp 3 juta!
Kalau kamu bertualang jauh sampai ke Seychelles, jangan lupa melihat Coco de Mer di Pulau Praslin. Sungguh ajaib betul! (fay/aff)
0 Response to "Kelapa dari Seychelles, Bentuknya Seperti Kelamin Pria dan Pantat"
Posting Komentar