Dari rilis Kementerian Pariwisata yang diterima detikTravel, Rabu (12/10/2016) Menteri Pariwisata Arief Yahya baru-baru ini mampir ke kantor United Nations World Tourism Organization (UNWTO) di Madrid, Spanyol. Seperti diketahui, UNWTO adalah Lembaga PBB bidang pariwisata.
Dalam pertemuan dengan petinggi-petinggi UNWTO, Arief menjabarkan tiga poin untuk memajukan pariwisata Indonesia. Ketiga poin itu adalah Go Digital, Homestay, dan Sustainable Tourism Certification (STC). Yang paling digarisbawahi, mengenai pembangunan 100 ribu homestay di Indonesia yang dimulai tahun 2017 dan selesai tahun 2019.
"Apakah pemerintah ikut mengatur regulasi mereka? Bagaimana dengan pajak? Siapa yang menginspeksi? Bagaimana menjaga persaingan tetap sehat? Hati-hati dengan pelaku industri existing, yang sudah ada? Di banyak negara, menambah jumlah atau kapasitas kamar atau hunian di satu destinasi justru menaikkan tensi bisnisnya?" tanya Sekjen UNWTO, Taleb Rifai.
"Ini bertolak belakang dengan Go Digital yang dipresentasikan sebelumnya. Go digital itu sangat modern, maju, progresif dan menjemput pasar masa depan. Sedangkan Homestay itu lebih ke traditional market? Pasar masa lalu?" tanya Executive Director for Member Relations UNWTO, Carlos Vogeler.
"Homestay mungkin hanya cocok untuk domestic market, bukan untuk international market?" kata Marcio Favilla, Executive Director for Operational Programmes and Institutional Relations asal Brasil.
Arief menjawab dengan kalem. Pertama yang dijelaskan adalah faktor budgeting, bagaimana menciptakan 100.000 homestay di 10 top destinasi wisata yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo. Dia menyebut ini sebagai sharing economi, membangun community based di sektor pariwisata. Melibatkan masyarakat untuk bekerjasama, mendapatkan benefit, menjaga ekosistem dan hospitality. Masyarakat juga bisa menghidupkan tradisi dan budaya yang akan menjadi atraksi baru.
Peran pemerintah adalah membantu permodalan. Yang biasanya bunga 12 %, tapi di homestay cuma 5 %, dengan masa tenor 20 tahun, dan uang muka 1 % saja. Perbedaan dengan harga pasar itulah yang ditanggung pemerintah.
Pemerintah juga mewajibkan bentuk bangunan homestay menggunakan arsitektur nusantara. Setiap daerah akan berbeda, karena Indonesia itu luas, panjang, lebar, pulau-pulau, bersuku-suku, ini akan menjadi kekuatan atraksi tersendiri. 25 Oktober 2016 nanti akan diumumkan pemenang lomba desain arsitektur nusantara dengan rekor jumlah peserta 728 design.
"Kami ingin mengembalikan arsitektural tradisional yang khas dan saat ini sudah banyak yang hilang," kata Arief.
Jadi atmosfer kalau ke Borobudur, sudah terasa sejak belokan menuju ke Kota Mungkit, Magelang. Gapura batu-batu, pagar, pintu, bentuk atap, model rumah, dan sebagainya. Terkait perlombaan, bulan ini sudah akan keluar nama pemenangnya.
10 Destinasi prioritas akan didahulukan, tetapi daerah lain yang punya potensi dan membutuhkan homestay juga akan diakses. 10 Destinasi prioritas itu yakni Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang - Belitung, Tanjung Lesung - Banten, Kep Seribu Dan Kota Tua - Jakarta, Borobudur - Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru - Jawa Timur, Mandalika-Lombok NTB, Labuan Bajo NTB, Wakatobi - Sultra dan Morotai - Maltara.
"Kami mempersiapkan tim yang bekerja untuk itu di bawah Pokja Percepatan 10 Bali Baru. Tentu pemilik homestay akan dibekali pengetahuan, sampai ke pencatatan, laba rugi, keuangan yang sederhana. Soal SDM ada deputi Kelembagaan dan SDM, sampai 2019 akan mencetak 500 ribu tenaga kerja pariwisata baru untuk mempersiapkan target 20 juta wisman di 2019," papar Arief.
Akhirnya Sekjen Taleb Rifai pun memahami dan percaya akan keseriusan Menpar Arief Yahya. "Homestay juga bisa dikemas menjadi atraksi destinasi yang menarik. Saya percaya kedekatan dengan budaya lokal, tradisi masyarakat, kehangatan people to people relations, itu semua bisa menjadi atraksi pariwisata," tutup Taleb.
Di ujung presentasi, Menpar Arief Yahya meminta kembali ke UNWTO untuk mengawal dan memfasilitasi pengembangan STO itu menjadi STC, sustainable tourism certification. Kemenpar bahkan sudah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 14/2016 tentang Pedoman Tujuan Wisata berkelanjutan. UNWTO Pun langsung ok, karena itu adalah concern dunia. (aff/aff)
0 Response to "100 Ribu Homestay Untuk Majukan Pariwisata Indonesia"
Posting Komentar