Tradisi itu digelar di Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Jelang tengah siang, Rabu (19/10/2016), langit cerah menyorot tajam perkampungan padat penduduk tersebut yang berjarak sekitar 13 kilometer dari objek wisata Gunung Tangkuban Perahu arah Bandung. Ratusan warga setempat berbaur bersama para pengunjung di pinggir jalan beraspal yang hanya muat dua mobil.
Kiri kanan tepian jalan menanjak ini berjejer sekitar 30 keranjang berbahan bambu dan kayu berisi tomat busuk. Ribuan buah bulat itu dipersiapkan untuk memeriahkan tradisi tahunan bertajuk Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat antarwarga.
Selepas azan lohor berkumandang, ratusan peserta perang tomat bersiaga. Mereka saling berhadapan. Sepenggal jalan di kampung itu menjadi gelanggang petarungan. Tomat busuk dan berkondisi cacat yang tak laku dijual sebagai 'peluru'.
"Kami menyiapkan sebanyak dua ton tomat," kata Mas Nanu Muda alias Abah Nanu, budayawan sekaligus penggerak gelaran perang tomat.
|
|
"Manusia topeng ini ibarat simbol keburukan," ucap Abah Nanu.
Sebelum adu tomat berlangsung, seremoni pembuka acara menampilkan sembilan perempuan muda menari yang diiringi senandung alat musik kecapi. Para penari berkebaya warna warni itu membawa wadah berisi topeng bambu dan sejumlah butir tomat. Selanjutnya topeng itu diserahkan kepada pejabat dan tokoh masyarakat.
Setelah itu dua kubu warga tadi membuat formasi sambil pasang kuda-kuda. Aksi mereka berupa simbolis benuansa seni pertunjukan menggambarkan lakon peperangan.
|
Antarkubu terpisah jarak sekitar 15 meter. Massa terdiri pria dan perempuan beragam usia. Tua, muda dan anak-anak bersiap merasakan tertimpa cipratan tomat.
Seketika ribuan tomat dalam keranjang melayang dari segala penjuru arah mata angin. Tomat menghujam mengenai tubuh para warga dan penonton yang tumpah ruah di lokasi tersebut. Warga menggengam erat tomat lalu menyasar lawannya.
Suasana riuh. Teriakan dan sorak gembira menggema. Peserta saling melempar dan membuang tomat. Situasinya mirip tawuran antarkampung. Banyak warga dan penonton yang sekadar menyaksikan pertempuran tersebut terpaksa berlindung di balik tembok sejumlah rumah agar terhindar terjangan tomat. Tidak sedikut juga penonton ikut nimbrung merasakan perang tomat.
|
Tradisi perang tomat ini berdurasi sekitar 15 menit. Tomat-tomat amblas. Jalanan berubah memerah bekas pecahan tomat. Bahkan sejumlah warga terpeleset lantaran jalan menjadi licin akibat 'banjir' cairan tomat busuk.
"Perang tomat ini merupakan acara puncak Hajat Lembur Hajat Buruan yang dilaksanakansetiap awal bulan Muharam. Tradisi ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat atas panen melimpah serta tanah yang subur," ucap Abah Nanu. (rdy/rdy)
0 Response to "Bukan Hanya di Spanyol, Tradisi Perang Tomat Juga Ada di Bandung"
Posting Komentar