Belajar Menghargai Perbedaan di Penang

Penang - Perbedaan seharusnya tidak menjadi jurang pemisah, melainkan persatuan. Traveling ke Penang, traveler bisa belajar banyak tentang toleransi.

Sebagai negara dengan mayoritas umat muslim, Malaysia mungkin bisa dibilang lebih menghargai perbedaan ketimbang Indonesia. Buktinya dapat dilihat di Kota Penang yang cukup majemuk.

Dilansir detikTravel dari BBC, Jumat (18/11/2016) Penang bisa menjadi salah satu percontohan di mana kemajemukan bisa saling menghargai satu sama lain. Buktinya, masyarakat lintas agama dan budaya di sana bisa berbaur satu sama lain.

Sejarahnya, Penang yang berlokasi Selat Malaka merupakan titik pertemuan kapal dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sekaligus menjadi tempat pertukaran agama dan budaya antara Timur dan Barat sejak ribuan tahun silam.

Selain dihuni oleh masyarakat melayu yang beragama Islam, Penang juga menjadi rumah bagi imigran Tionghoa hingga India. Percampuran budaya dan agama pun terjadi. Dari yang tadinya hanya Islam, lalu bertambah Buddha dari imigran China dan Hindu dari imigran India. Lalu ada juga ada agama Kristen yang dibawa oleh penjajah Inggris dulu.

Di tengah perbedaan itu, setiap masyarakat dari berbagai ras dan agama itu diperbolehkan untuk melakukan kegiatan keagamaan hingga ritual budaya di ruang publik. Bahkan traveler juga bisa mendapati berbagai rumah ibadah dari agama berbeda di satu blok yang berdekatan. Tidak ada masalah.

Toleransi itu pun tidak terlepas dari peran serta Kapten Francis Light dari Inggris yang memimpin Malaka kala itu. Pada abad ke-18, Francis menyatakan kalau setiap suku memiliki hak serta kebebasan untuk menjalankan agamanya. Sekilas mengingatkan kita akan sosok Soekarno yang juga menjunjung tinggi persatuan di atas kemajemukan.

Bahkan di tahun 2008 lalu, UNESCO menyebut kalau ibukota George Town di Penang menjadi bukti nyata dari peninggalan multikultur dan tradisi Asia dan pengaruh Eropa.

Diungkapkan juga oleh Anwar Fazal, Direktur dari Penang Gandhi Peace Centre, bahwa Penang memiliki tradisi panjang multikultural sekali pun mereka berasal dari berbagai suku agama berbeda.

"Penang memiliki tradisi multikultural yang kuat, benar-benar menjadi suar kan nilai kedamaian dan rasa peduli. Ya, tentu bisa ada ketegangan. Tapi seperti dikatakan Martin Luther King, mungkin kita semua datang dari kapal yang berbeda, tapi kini kita berada di kapal yang sama," ujar Anwar.

Menariknya, traveler bisa melihat bukti toleransi itu di Jalanan Harmoni atau 'Street of Harmony' di George Town. Di mana masjid, gereja, kuil Hindu dan kelenteng dibangun beriringan satu sama lain.

Tentunya relevan, jika menyebut Penang masih menerapkan petuah lama 'Golden Rule'. Perlakukan kepada orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Semoga bisa menjadi percontohan bagi Indonesia yang juga majemuk. (rdy/krn)

Related Posts :

0 Response to "Belajar Menghargai Perbedaan di Penang"

Posting Komentar