Upaya melestarikan adat dan tradisi pada suatu lokasi wisata memang sangat diperlukan. Hal itu tersebut tentu menambah nilai tersendiri dan pengetahuan bagi yang berkunjung.
Lombok yang kental dengan Suku Sasaknya memiliki beberapa destinasi wisata berbasis adat atau budaya, salah satunya adalah Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Untuk menjaga keberlangsungannya, dijelaskan Kepala Dusun Sade, Kurdap Selake (48) caranya dengan menjaga kecintaan generasi penerus atas apa yang dimiliki.
"Menanamkan kesadaran untuk mencintai warisan budaya leluhur. Sampai saat ini masih dipertahankan. Ada kekhawatiran hilang pada generasi muda. Maka dari itu, kita akan memberi penyadaran terus menerus untuk tetap mencintainya," ucap Kurdap, Rabu (9/11/2016) di depan rumahnya.
https://s16.postimg.org/5w5513f6d/sade2.jpg
Gapura Desa Sade yang asri (Masaul/detikTravel)
"Kaitannya menjaga tradisi, yaitu memberi penguatan. Karena sudah kesadaran kami tidak akan dipengaruhi budaya luar. Kalau sudah dasarnya mencintai tidak akan hilang selamanya," jelas sang kepala dusun sejak Januari 2008 itu.
Kegiatan menjaga kearifan lokal antara lain melakukan upacara perkawinan, dan khitan. Ada pula tradisi memohon hujan melalui permainan adat bernama Betomplekan.
"Pada prakteknya Betomplekan itu, ada dua pemangku adat akan saling pukul dengan menggunakan bambu. Tetapi, kami tidak melakukannya setiap tahun hanya di kemarau panjang. Pesertanya bisa juga antar dusun atau kelompok masyarakat juga," kata Kurdap.
Selain kegiatan tradisi insidental tersebut, ada pula pertunjukan saat ada pesanan yaitu Tari Gendang Beleq. Menyinggung kembali bagaimana menjaga keberlangsungan kearifan lokal bagi generasi penerus adalah dengan pembinaan atau sosialisasi.
"Salah satu acaranya ada dengan pembinaan. Jadi anak-anak muda ini setiap bulannya pada tanggal 15 akan kita kumpulkan untuk sosialisasi," tegas dia.
https://s16.postimg.org/k1ay2wo7p/sade3.jpg
Warga Desa Sade berjualan suvenir (Masaul/detikTravel)
Dusun Sade sendiri memiliki jumlah penghuni sebanyak 150 KK dengan luas 5.000 meter persegi. Kunjungan ke desa adat ini mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu.
"Rata-rata dari domestik berdasar jumlah datanya berkisar 500 perhari. Kalau mancanegara perhari sekitar 160 orang. Malaysia penyumbang terbanyak dari kunjungan turis Asia Tenggara," ucap Kurdap.
Menurut Kurdap, tujuan turis yang datang untuk melihat arsitektur bangunan tradisional, kerajinan, dan kesenian. Daya tarik lainnya adalah upacara dan ritual seperti tadi dijelaskan.
"Komentarnya? Kita apresiasi, mereka semua senang, aman, dan damai. Karena ada 3 nilai prinsip dasar yang selalu kita lakukan. Pertama, grasak atau ramah tamah kita kedepankan. Kedua, reme atau keterbukaan memberi informasi. Terakhir, lume atau nilai sosial masyarakat yang tidak menginginkan kesan buruk ke tamu," ujar dia.
Ke depannya, Kurdap meminta kepada pemerintah untuk berupaya menjadikan Sade menjadi salah satu tempat wisata warisan dunia yang terdaftar di UNESCO. Dampaknya menurut dia akan turut memberdayakan dan mengelola desanya itu. Selain itu, peningkatan kunjungan ke tempat ini membuat daerahnya membutuhkan bantuan teknis seperti lahan parkir. (aff/aff)
0 Response to "Melestarikan Tradisi Desa Sade dengan Kekuatan Cinta"
Posting Komentar