Gunung Semeru di Jawa Timur memang populer di kalangan traveler pecinta gunung. Dibutuhkan persiapan fisik, mental hingga hati untuk mendakinya.
Mendaki gunung Semeru, puncak tertinggi di pulau Jawa. Saya menyebutnya sebagai perjalanan hati, karena butuh persiapan khusus untuk menggapai Puncak Mahameru. Baik secara fisik, mental maupun batin.
Sejak dua bulan sebelumnya, saya sudah latihan fisik sit up, push up, angkat berat, jogging, jalan jauh, berenang. Juga persiapan baju yang sesuai, serta perlengkapan yang dibutuhkan.
Secara mental, kita harus mengenal medan pendakian, cuaca, potensi bahaya dan lain-lain. Untuk itu saya browsing semua informasi yang terkait Semeru.
Sedang persiapan batin, harus menjawab pertanyaan: seberapa kuat keinginan kita untuk mendaki Semeru dan mencapai puncak Mahameru? Harus punya tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah.
Hari H. Perjalanan dimulai dari Solo - Surabaya - Lumajang - Ranu Pani. Ranu Pani, pukul 07.30 WIB, kami start memulai perjalanan kaki. Medan masih cukup bersahabat. Dihibur dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Harap berhati-hati dengan ranting dan pohon yang melintang. Berangkat dari pos 3, langsung ada tanjakan yang lumayan. Sampai pos 4, sudah disambut dengan pemandangan Ranu Kumbolo yang tiada duanya. On schedule, 4 jam. 11.30 WIB kita sampai di danau yang terkesan misterius terutama di tengah cuaca yang berkabut seperti saat itu.
Dari Ranu kumbolo, langsung disambut dengan tanjakan cinta (siapakan nafas) - Oro-oro Ombo - Cemoro Kandang - Jambangan - Kalimati. Masih on schedule juga, 4 jam perjalanan sampai Kalimati.
Lepas dari Kalimati, perjalanan full menanjak tanpa 'bonus' sedikit pun. Kami nge-camp di atas Arcopodo, sampai pukul 19.00.
Pagi subuh, kami mulai perjalanan summit attack. Ini adalah ujian terberat, karena full pasir, licin. Di mana kaki melangkah maju, sudah pasti melorot. Butuh strategi khusus untuk berjalan maju. Di tengah perjalanan, kami disambut dengan sunrise yang super cantik.
4 jam perjalanan menuju puncak, dengan perjuangan yang luar biasa.
Mahameru!
Tiada kata yang bisa dengan tepat menggambarkan suasana hati saat itu. Antara haru, bangga, bahagia, sekaligus lemas dan merasa kecil di hadapan alam yang begitu luas. Sungguh, hanya dengan izin Allah sajalah, kita bisa mencapai puncak tertinggi para Dewa.
Kawah Jonggring Saloka masih dengan aktif menyemburkan awan dan suara gemuruh. Perjalanan turun, merupakan bentuk perjuangan yang lain, karena kita akan seluncuran pasir. Bolak balik saya jatuh terpeleset.
Banyak pelajaran yang bisa kita dapat dari sebuah pendakian, ilmu dari sekolah alam yang nyata.
0 Response to "Perjalanan Hati Menuju Mahameru"
Posting Komentar