Ekowisata yang diadakan oleh Syntesis-WWF, Senin (7/11/2016) tak hanya soal pengenalan wisata bahari. Pengenalan budaya juga menjadi kegiatan yang diagendakan.
Saat tiba di Desa Pajam, kami disambut dengan masyarakat desa sambil di kalungkan syal motif khas Pajam. Peserta berebut minta difoto.
Pengenalan kegiatan budaya dimulai dengan desa paling tua di Wakatobi, Pajam. Pajam sendiri merupakan gabungan dari 2 desa yaitu Palea dan Jamaraka.
Foto: undefined
Davina dan peserta tur ekowisata ikut belajar menenun (bonauli/detikTravel) |
Pajam masih melaksanakan budaya menenun dari nenek moyang mereka. Dari sinilah sumber penghasilan mereka selain dari bertani.
"Desa ini sudah berdiri sejak kerajaan Kaledupa. Kami sudah menenun sejak awal. Sudah tradisi yang diturunkan," kata Nurmi, pengarajin tenun kepada detikTravel.
Proses menenun sudah terkenal cukup sulit. Traveler yang ingin belajar harus melatih ketekunan dan ketelitian dalam menenun.
Foto: undefined
Kain tenun khas Desa Pajam (bonauli/detikTravel) |
Itulah alasannya harga kain tenun cukup mahal dibandingkan kain biasa. Harga kain tenun paling murah di desa ini adalah Rp 500 ribu. Tenun yang paling bagus dihargai Rp 800 ribu.
Desa ini terbuka untuk umum. Jika ingin ke sini, traveler diharuskan menggunakan pakaian sopan dan tertutup sampai dengkul. Traveler yang mau mencoba menenun bisa datang langsung ke sini dan menemui kelompok tenun ikat Jalima untuk belajar. (bnl/bnl)
0 Response to "Selain Bawah Laut, Wakatobi Juga Punya Desa Tenun"
Posting Komentar