Wakatobi ternyata memiliki potensi lain berupa rumput laut di Pulau Kaledupa yaitu Desa Darawa. Desa ini bisa di bilang unik, karena terdiri dari pulau-pulau kecil.
Dulu warga Desa Darawa bekerja sebagai TKI Malaysia. Namun setelah tau potensi rumput laut, akhirnya masyarakat menjadikan tambak rumput laut sebagai sumber kehidupan mereka.
detikTravel yang ikut dalam rombongan Ekowisata yang diadakan oleh Synthesis-WWF pun ikut belajar menambak rumput laut. Kepala desa menjelaskan bahwa ada 3 jenis rumput laut yang mereka panen di Desa Darawa, Senin (7/11/2016).
Foto: undefined
Peserta ekowisata mencoba mengikatkan rumput laut dengan tali (bonauli/detikTravel) |
Cara yang digunakan pun tradisional. Bibit rumput laut di potong kira-kira 10-15 cm. Kemudian diikat dengan tali sepanjang 5 m, dengan jarak satu jengkal antar bibit. Tali yang sudah diikat dengan bibit akan diletakkan oleh warga ke ujung pulau untuk di tambak. Sebagai pelampung, kedua ujung tali diikatkan dengan botol plastik kosong.
Setelah 5 bulan, rumput laut akan diangkat dan dijemur. Uniknya, mereka menjemur rumput laut di bawah rumah mereka yang berbentuk panggung.
Foto: undefined
Rumput laut yang dijemur di bawah rumah panggung (bonauli/detikTravel) |
Namun ada sisi menyedihkan yang mereka simpan, masyarakat desa tidak bisa mengolah rumput laut yang sudah mereka panen. Desa Derawa menjadi penghasil rumput laut terbesar di Wakatobi.
Mereka juga tidak tahu bahwa ternyata gracilaria adalah rumput laut yang bisa dijadikan agar-agar atau es rumput laut. Wah, sayang sekali ya.
"Seluruh hasil panen kami langsung dijual ke Bau-bau," ujar Lajumani, Kepala Desa Darawa.
Masyarakat mengaharapkan agar ada pihak yang mau memberikan penyuluhan tentang pengolahan hasil rumput laut. Sehingga mereka bukan hanya bisa menghasilkan tapi juga dapat mengolah hasil tambak. (bnl/bnl)
0 Response to "Yuk, Belajar Tambak Rumput Laut di Wakatobi"
Posting Komentar