Menengok Desa Wisata Bergaya Jepang, Tapi di Taiwan

Chiayi - Taiwan penah mengalami masa penjajahan Jepang. Di Kota Chiayi, ada satu desa wisata bergaya Jepang yang kini jadi pusat budaya, oleh-oleh, dan kafe-kafe kece.

Hinoki Village, begitulah nama desa wisata yang ada di Kota Chaiyi satu ini. Desa yang kental dengan nuansa Jepang ini tampak berbeda dengan pemukiman lain yang ada di sekitarnya. Hal itu wajar, mengingat desa ini merupakan kawasan komplek perumahan penduduk yang dibangun pada era Kekaisaran Jepang saat menguasai Taiwan.

Periode pendudukan Jepang atas Taiwan dimulai dari mulai tahun 1895 hingga tahun 1945. Selama periode tersebut, di Hinoki Village ini dibangun kompleks perumahan yang dikhususkan untuk pegawai Departemen Kehutanan Chiayi.

detikTravel beberapa waktu lalu berkunjung ke Hinoki Village bersama dengan rombongan berisi 200 orang agen tur dan travel dari seluruh Indonesia. Sayang saat kami datang, kondisi sudah dalam keadaan gelap.

Menengok Desa Wisata Bergaya Jepang, Tapi di TaiwanFoto: Sayang kondisi di Desa Hinoki sudah gelap (Wahyu/detikTravel)
Sekitar pukul 18.00 waktu setempat, bus yang kami tumpangi akhirnya berhenti di Hinoki Village. Malam sudah menyambut kami begitu kami melangkahkan kaki menjelajahi berbagai sudut komplek pedesaan yang luasnya mencapai 3,4 Hektar ini.

Saya pun menjelajahi Hinoki Village seorang diri, sementara yang lainnya sudah berpencar juga. Beberapa rumah tradisional Jepang saya masuki. Ada yang berubah fungsi menjadi toko kue, sementara beberapa yang lain berubah menjadi restoran dan juga toko cinderamata.

Cinderamata berupa tatakan gelas dari keramik (Wahyu/detikTravel)Cinderamata berupa tatakan gelas dari keramik (Wahyu/detikTravel)
Satu yang cukup menarik perhatian adalah sebuah toko yang menjual tatakan gelas yang dilukis secara handmade. Lukisannya tentu saja khas Taiwan. Ada berupa suasana Taiwan zaman dahulu, hingga pemandangan alam yang ada di Taiwan dengan corak warna yang menarik.

Harga satu tatakan gelas ini berkisar antara NT$ 150 (setara Rp 64 ribuan), hingga NT$ 200 (setara Rp 86 ribuan) bila ada piguranya. Selain itu ada juga set gelas minum teh plus tutup dan tatakannya.

Sementara itu, beberapa bangunan rumah yang lain difungsikan sebagai toko kue yang menjual mochi, serta pinneaple cake. Ada juga rumah yang difungsikan sebagai restoran ramen. Semuanya tampak menggoda untuk diicipi.

Melangkah ke bangunan lainnya, ada sebuah toko cinderamata yang menjual hiasan yang terbuat dari blok-blok kayu. Cinderamata ini harganya cukup mahal, sekitar NT$ 500 (setara Rp 215 ribu). Tetapi harga itu tentu saja sepadan dengan kualitasnya.

Hiasan dari kayu yang cukup mahal (Wahyu/detikTravel)Hiasan dari kayu yang cukup mahal (Wahyu/detikTravel)
Menurut pemandu kami Olivia, total ada sekitar kurang lebih 28 bangunan bergaya Jepang yang ada di kawasan Hinoki Village ini. Tak semuanya beralih fungsi sebagai toko atau pun restoran, ada pula yang masih menggunakannya sebagai tempat tinggal.

Suasana Hinoki Village memang kontras dengan bangunan lain di sekelilingnya yang bergaya lebih modern. Para penduduk yang masih tinggal di Hinoki Village memang sengaja menjaga keaslian bangunan yang sudah ada sejak

Sayang waktu kami saat berkunjung ke Hinoki Village ini sangat sebentar. Tak terasa jam sudah bergulir ke pukul 19.15. Waktunya kami untuk pergi menuju ke destinasi berikutnya.

Kami juga sangat terlambat sampai ke Hinoki, karena suasana sudah gelap dan acara foto-foto pun jadi kurang maksimal. Semoga satu saat nanti bisa kembali ke Hinoki Village saat hari masih cerah sehingga kecantikan Desa Hinoki bisa lebih terpancar.

Salah satu bangunan bergaya Jepang di Hinoki Village yang jadi Restoran (Wahyu/detikTravel)Salah satu bangunan bergaya Jepang di Hinoki Village yang jadi Restoran (Wahyu/detikTravel)
(wsw/fay)

Related Posts :

0 Response to "Menengok Desa Wisata Bergaya Jepang, Tapi di Taiwan"

Posting Komentar