Tak semudah membalikkan telapak tangan. Peribahasa tersebut benar adanya bila kita berbicara soal pariwisata di wilayah Kepulauan Raja Ampat. Destinasi yang dikenal akan keindahan alam bawah lautnya ini memang menghadapi berbagai kendala. Satu di antaranya adalah masalah kualitas SDM.
Hal itu diakui sendiri oleh Yusdi Lamatenggo, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat. Bahkan, pernah ada cerita lucu dimana tamu wisatawan asing sudah bangun untuk sarapan, tapi sang pemilik homestay malah masih lelap tertidur.
"Pernah ada kejadian, tamu ini sudah bangun mau sarapan, eh pemilik homestay belum bangun. Jadi, dia mesti tunggu dulu dibuatkan sarapan. Harusnya kan tamu bangun pukul 05.00, kita sudah siap-siap pukul 04.00. Tapi itu yang ingin kita ubah, step by step," ujar Yusdi pada detiktravel di kawasan Pantai WTC Waisai, Minggu (23/10/2016).
Terkait masalah ini, Yusdi telah melakukan banyak kegiatan pelatihan kepada masyarakat lokal Raja Ampat. Agar mereka mendapat pengetahuan dan wawasan baru tentang memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan.
"Sekitar 3-4 bulan sekali, kami adakan pelatihan-pelatihan bagaimana melayani tamu, mengelola homestay. Kita juga magangkan mereka di Bali, biar mereka lihat sendiri bagaimana standar dalam melayani tamu. Ini tidak mudah, mengubah mindset yang semula nelayan jadi industri wisata yang berbasis services," ungkap Yusdi.
Usaha Yusdi sejak tahun 2008, pelan-pelan mulai menunjukkan hasilnya. Saat ini 90% pemilik homestay adalah warga lokal Raja Ampat. Rata-rata dari mereka adalah anak muda yang mulai sadar bahwa sektor pariwisata di Raja Ampat sangat menjanjikan.
"Hampir semua anak-anak muda semua. Mereka pernah kerja di resort, tapi setelah dapat ilmunya, mereka keluar lalu bikin homestay sendiri," cerita Yusdi.
Tren ini tentunya positif, namun PR Yusdi tidak hanya itu saja, masalah aksesibilitas ke Raja Ampat juga tak kalah penting, terkait jarak, waktu, dan biaya yang amat besar yang harus dikeluarkan wisatawan guna bisa liburan ke Raja Ampat.
"Kita sedang memperpanjang landasan bandara dari 1.400 meter jadi 3.000 meter, sampai 2017. Wings Air juga rencananya terbang langsung dari Manado. Tentu ini akan menambah kenyamanan penumpang," ujar Yusdi.
Jika akses sudah mulai terbuka, otomatis wisatawan akan datang dengan sendirinya. Potensi wisata Raja Ampat lainnya seperti Misool dan Kepulauan Ayau pun sudah menanti untuk dikembangkan.
"Saat ini yang jadi prioritas kami Distrik Mios Mansar yang ada banyak desa wisata seperti Sawinggrai, Arborek, pasir timbul. Ini yang terdekat dari ibukota, jadi favorit wisatawan. Misool juga, tapi kapal ke sana hanya 2 kali seminggu. Kepulauan Ayau kalau saya bilang itu Little Maldives di bibir pasifik, potensinya luar biasa. Tapi step by step, kita punya skala prioritas," tutup Yusdi.
(rdy/rdy)
0 Response to "Pembangunan Pariwisata di Raja Ampat Harus Step by Step"
Posting Komentar