Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (12/11/2016) New York Times memberitakan bahwa beberapa pandangan Trump berpotensi berdampak untuk pariwisata. Trump pernah punya pernyataan yang negatif tentang Kuba, sesumbar melarang Muslim masuk ke AS dan ingin membangun tembok di perbatasan Meksiko.
Sebuah lembaga riset pariwisata Atmosphere Research Group menyebutkan kalau ada kelompok etnis tertentu yang diincar, maka turis yang masuk ke AS akan berkurang. "Ada traveler di Meksiko, Amerika Latin dan Timur Tengah yang melihat Trump dengan rasa khawatir," kata Henry Harteveldt, pendiri Atmosphere Research Group.
Gary Leff, pendiri situs InsideFlyer.com juga berpendapat dunia pariwisata kini menilai AS akan menjadi kurang terbuka untuk pariwisata dan imigrasi.
Sementara itu situs berita traveling Skift menulis betapa para pelaku industri pariwisata dunia tidak antusias dengan terpilihnya Trump. Mereka malah akan bertindak lebih cermat dan hati-hati mengantisipasi jika ada kebijakan yang mengganjal mereka.
Terkait dengan Kuba yang kembali berhubungan baik dengan AS di masa Presiden Barack Obama, hal itu juga mendorong kegiatan pariwisata dari wisatawan kedua negara. Namun Gary Leff dari InsideFlyer.com mengatakan jika Trump mengubah hubungan AS dengan Kuba, yang terpukul adalah pelaku wisata yang sudah terlanjur berinvestasi ke Kuba.
Trump diketahui juga menjadi pelaku usaha pariwisata dengan menyiapkan jejaring hotel dengan merk Trump Hotel. Namun sebuah konsultan riset konsumen Brand Keys mengatakan manajemen Trump Hotel sedang berpikiran untuk mengganti nama mereka agar tidak dinilai berkaitan langsung dengan sang presiden.
Untuk saat ini, para pelaku usaha wisata di AS memilih menunggu perkembangan. "Dia bisa jadi presiden yang paling ramah untuk dunia traveling, atau justru jadi yang paling tidak ramah," komentar Harteveldt dari Atmosphere Research Group. (fay/fay)
0 Response to "Pelaku Usaha Pariwisata AS Galau Karena Trump Jadi Presiden"
Posting Komentar